LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
“TITRIMETRI
DAN PENGENDALIAN PH”
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Titrimetri
merupakan suatu metode analisa kuantitatif didasarkan pada pengukuran
volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang
digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi
atau kadarnya. Selanjutnya akan dikatakan titik ekuivalen dari titrasi telah
dicapai. Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Agar
diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan
bahan kimia, yaitu indikator, bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna
ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen, tetapi bisa juga tidak. Titik
dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Tentu saja
diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama (atau mengoreksi perbedaan
di antara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam metode titrimetri.
Dalam
percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan
dengan yang disebutdengan titrasi. titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya
1.2 Tujuan
a.
Dapat mempelajari dan menerapkan teknik
titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam
b.
Dapat menstandardisasi larutan penitrasi
c.
Dapat menstandardisasi larutan NaOH
d.
Dapat menggambarkan kurva titrasi
e.
Dapat menentukan tetapan kesetimbangan
asam lemah
f.
Dapat menjelaskan pentingnya
pengendalian pH, terutama pada sistem fisiologi tubuh
g.
Dapat menguraikan cara mempertahankan pH
dalam berbagai macam penggunaan
h.
Dapat mengenal dengan baik beberapa
larutan buffer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi
1.3 Pertanyaan
PraPraktek
1.
Apa yang dimaksud dengan (a) asam, (b)
basa, (c) titik ekuivalen, dan (d) indikator?
Jawab:
a. Asam
adalah senyawa yang bersifat asam dan menghasilkan ion H+.
b. Basa
adalah sinyawa yang mempunyai rasa pahit dan menghasilkan ion OH-.
c. Titik
ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan.
d. Indikator
adalah suatu senyawa yang digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu
asam atau basa dengan perubahan warna.
2.
Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi
dengan titik ekuivalen!
Jawab:
§ Titik
akhir titrasi adalah keadaan dimana titik titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna.
§ Titik
ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan.
3. Sebanyak
0,7742 gr kalium hidrogen sitrat dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dilarutkan
dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan HaOH. Bila terpakai 33,6
ml larutan NaOH,berapa molaritas NaOH tersebut ?
Dik: massa KHC6H7O7 = 0,7742 g
V
NaOH =
33,6 ml
Dit: M NaOH .....?
Jawab:
KHC6H7O7
+ NaOH NaKHC6H7O7
+ H2O
mol KHC6H7O7
= = = 0,00335 mol
mol NaOH = 0,00335 mol
=
0,00335 mol
M NaOH =
=
=
0,0997 M
4. Jelaskan
apa yang di maksud dengan (a) kurva titrasiasam basa, (b) titik ekivalen, (c)
standarisasi, (d) larutan standar primer, (e) pH, (f) pH meter !
Jawab:
a. Kurva
titrasi asam basa adalah grafik yang menyatakan hitungan pH dengan volume
liter.
b. Titik
ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan.
c. Standardisasi
adalah proses pengukuran konsentrasi larutan yang disebut larutan standar.
d. Larutan
standar primer adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasi nya.
e. pH
adalah derajat keasaman yang menyatakan tingkat keasaman atau kebasaab yang
dikmiliki oleh suatu larutan
f. pH meter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur pH larutan.
5. Hitung
masa kalium hidrogen ftalat (KHP) untuk menetralisasi 25 ml NaOH 0,1 m dan
tulis persamaan reaksinya ?
Dik: V NaOH =
25 ml
M
NaOH = 0,1 mol
Dit: massa KHC6H4O4...?
jawab:
KHC6H4O4
+ NaOH NaKC8H4O4
+ H2O
mol NaOH = M x V
=
0,1 x 0,025
=
25.10-4 mol
mol NaOH = mol KHC6H4O4
mol KHC6H4O4 =
25.10-4 mol =
gr =
25.10-4
x 204
gr = 0,51 g
6. Bagaimana
membuat 50 ml larutan HCl dengan PH=1 dari larutan HCl 1 M ?
Jawab:
pH = -log [H+]
1 = -log [H+]
[H+] = 10-1
M1V1 = M2V2
1 x V1 = 10-1 x 50
V1 = 5
7. a.
Apakah larutan bufer itu?
b. Mengapa larutan bufer itu
penting?
Jawab:
a. Larutan
buffer adalah larutan encer yang mengandung asam lemah dan basa konjugasinya
atau basa lemah dan asam konjugasinya.
b. Larutan
buffer itu penting karena dapat mempertahankan pH larutan pada nilai yang
hampir konstan sebab mengenai ion garam kesetimbangan asam lemah dan
kesetimbangan air.
8.
Berilah definisi untuk asam lemah dan
basa lemah?
Jawab:
Ø Asam
lemah adala asam yang hanya sebagian kecil yang dapat terionsasi.
Ø Basa
leah adalah basa yang dalam air mengalami ionisasi sebagian.
9. Jelaskan
dengan persamaan reaksi ,bagaimana larutannatrium sianida (NaCN) dengan
hidrogen sianida(HCN) berfungsi sebagai larutan bufer ?
Jawab:
HCN +
NaOH NaCN + H2O
HCN H+ +
CN-
NaCN Na+ + CN-
Ø Jika
ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan ion CN- membentuk
HCN (kesetimbangan bergeser ke kiri, maka jumlah H+ dalam larutan
tetap)
Ø jika
ditambahkan basa, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk H2O
kesetimbangan bergeser ke kanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan
ion H+)
Ø ion H+
diikat oleh CN- ditutup kembali dari penguraian ion sehingga
jumlah ion H+ tetap.
10. Sebutkan
beberapa pasangan larutan bufer yang sifat fisiologisnya sama benar ?
Jawab:
HC2H3O2
+ NaOH NaC2H2O2
+ H2O
KH2PO4
+ NaOH K2HPO4
+ H2O
BAB II
LANDASAN
TEORI
Titrasi
merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan
penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis
volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari
reaksi-reaksi kimia.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui
konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan
yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dalam titrasi asam-basa kuat,
titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7,
dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang
sangat tajam sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir
dapat mengubah nilai pH secara signifikan sehingga terjadilah perubahan warna
dalam indikator secara langsung (Anonim,2014).
Suatu larutan yang mengandunng suatu asam lemah plus
suatu garam dari asam itu atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa
kuat. sistem semacam ini di sebut sebagai larutan buffer (penyangga) karena
seedikit penambahan asam kuat / basa kuat hanya mengubah sedikit pH nya.
contoh:
H+ + C2H3O2- HC2H3O2
pH nya tidak berubah dengan
nyata. Sebaliknya, jika ion hidrogen
yang di tambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang
bersifat basa. Larutan buffer standar dapat di buat dari asam lemah dan garam
dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang enak dipakai telah tersedia untuk
menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk menghitung angka banding asam
terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh larutan dengan pH yang
diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah dapat di hitung sebagai
berikut:
Ka = [H+] = Ka
-Log [H+] = -Log Ka- log
pH = pKa-log
pH = pKa + log (keenan, 1984 : 235-237).
Untuk larutan basa, konsentrasi harus melebihi konsentrasi H+ dalam suatu
larutan. ketidak seimbangan tersebut dapat dibuat melalui dua cara yang berbeda
Pertama: Basa dapat berupa
hidroksida, yang hanya dapat berdisosiasi untuk menghasilkan ion hidroksida.
Di mana M melambangkan kation,
biasanya logam, basa yang paling umum adalah berbentuk hidroksida seperti itu.
Garis kedua bisa di lakukan
dengan mengektrasi satu ion. hidrogen dari ssatu molekul air, menyisakan satu
ion hidroksida:
Kekuatan bufer bukan merupakan suatu yang istimewa, sifat
ini hanya merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrum dapat balik mendesak
yang terjadi didalam larutan satu donor
proton dan elvepror proton konjuganya. jika keduanya terdapat konsentrasi yang
sama.
Jika kita menambah H+ atau OH- kedalam bufer,
akibatnya adalah perubahan kecil pada nisbah konsentrasi relatif asam dan
anionnya karena juga hanya sedikit sistem buffer dengan penambahan sejumlah
kecil asam /basa diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya.
jumlah komponen buffer tidak berubah yang berubah hanya nisbahnya (Lehninger,
1993 : 187).
Suatu titrasi adalah cara yang sangat berguna untuk
menentukan konsentrasi dari larutan asam-asam dan basa-basa asal saja titik ekuivalennya
dapat ditentukan. titik ekuivalen terjadi apabila jumlah jumlah yang sama dari
ekuivalen asa dan basa dicampur. pH suatu larutan berubah sewaktu titrasi asam
basa berlangsung dan berapa pHnya pada titik ekuivalen.
Dalam titarai asan basa dimana salah satu zat kuat dan
lainnya lemahpada titik ekuivalennya, larutan netral karena salah satu ion dari
garam yang terbentuk dapat berfungsi sebagai garam asam atau basa.
salah satu prinsip penggunaan indikator asam basa pada
titrasi adalah untuk menentukan titik ekuivalennya. Indikator umumnya adalah
suatu asam atau basa organik lemah yang akan berubah warna pada harga daerah ph
tertentu. akan tetapi tidak semua indikator akan berubah warna pada pH dimana
diperkirakan titik ekuivalen akan tercapai. (Brady, 2002: 149-154)
Indikator asam basa adalah zat yang warnanya
bergantung pada pH larutan yang ditanbahkan. pemilihan indikator bergantung
pada seberapa asam atau basa suatu larutan. Terdapat 2 bentuk indikator asam
basa, yaitu:
1. Asam lemah,
digambarkan sebagai HIn dan mempunyai satu warna
2. Basa
konjugasi, digambarkan sebagai In-dan mempunyai warna berbeda
Bila
sediksit saja indikator yang ditambahkanpada larutan, indikator tidak akan
mempengaruhi pH larutan, namun kesetimbangan ionisasi indikator itu sendiri dipengaruhi oleh keberadaan H3o+I
dalam larutan.
HIn
+ H2O H2O+ + In-
warna asam warna basa
Warna larutan bergantung pada
proporsi relatif asam dan basa. pH larutan dapat dikaitkan dengan proporsi
relatif ini dan dengan pKa indikator melalui persamaan yang serupa
dengan persamaan:
pH =pK Hin+ Log (Petrucci, 1987: 344-345)
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Alat Dan
Bahan
a.
Alat:
§ botol
500 mL
§ Timbangan
§ Buret 50
mL
§ Erlenmeyer
250 mL
§ Pipet
tetes
§ pH meter
§ Labu
ukur
§ Gelas
piala
§ Tabung
reaksi
b.
Bahan:
§ Larutan
NaOH
§ NaOH 1,6
g
§ Air
suling
§ Larutan
HCl
§ indikator
PP
§ Kalium
hidrogen ftalat
§ Cuka
dapur
§ Asam
asetat
§ Laritan
buffer pH 5
§ Indikator
universal
§ Larutan
HC2H2O2, NaC2H2O2,
NH4OH, NH4Cl
3.2 Prosedur
Kerja
a.
Penyiapan larutan NaOH 0,1 M
Dicuci
dan dibilas
Dimasukkan 1,6 g NaOH
Ditambahkan
400 mL air suling
Dikocok hingga larut
b.
Standardisasi Larutan NaOH
Dicuci
dan dibilas dengan air suling
Ditutup
cerat dan dimasukkan 5 mL NaOH
Dimiringkan dan diputar
untuk membasahi permukaan dalam buret
Dikeluarkan
larutan dan diulangi proses pembilasan
Diisi dengan larutan
NaOH hingga mencapai angka nol dan dialirkan
Dimasukkan
25 mL larutan HCl 0,1 M,25 mL air suling dan 3 tetes indikator PP
Dicatat
kedudukan awal larutan NaOH
Dialirkan
larutan NaOH ke erlenmeyer pertama
Dicatat
volume akhir larutan NaOH
Diisi
kembali dengan larutan NaOH dan dititrasi pada erlenmeyer 2 dan 3
Ditambahkan
0,35 g kalium hidrogen ftalat (KHP) dan 25 mL air suling
Dikocok
sampai larit dan ditambahkan 3 tetes indikator PP
Dicatat volume NaOH yang
terpakai
c.
Menentukan persentase asan asetat dalam cuka
Ditambahkan
2 mL asam cuka, 20 mL air suling dan 3 tetes indikator PP
Dititrasi
dengan larutan NaOH
Dihitung persen massa
pada tiap contoh
Potensiometri
Disiapkan
dan dikalibrasi dengan larutan buffer ber pH
Ditimbang
5,1 g Kalium hidrogen ftalat
Dilarutkan dengan air
suling dan diencerkan ke dalam
Dipipet sebanyak 5 ml
dan dimasukkan ke dalam
Dibuat larutan NaOH dan
dimasukkan ke dalam
Dipasang
alat seperti gambar
Dicatat
pH sebelum dan sesudah penambahan larutan NaOH
Dibuat
kurva titrasi
Diulangi percobaan
sekali lagi
A. Larutan bukan buffer
1.
Penentuan pH lartan bukan buffer
Tabung
1 diisi dengan 1 ml air suling
Tabung
2 diisi dengan 1 ml larutan HCl 0,0001 M
Tabung
3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M
Ditentuka dan dicatat pH
dengan indikator universal
2.
Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam
Tabung
1 diisi dengan 1 ml air suling
Tabung
2 diisi dengan 1 ml larutan HCl 0,0001 M
Tabung
3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M
Ditambahkan
masing-masing 1 tetes larutan HCl 1 M
Ditentukan pH larutan
B. Larutan Buffer
1.
Penentuan pH larutan buffer
Dicampurkan
5 ml HC2H2O2 1 M dengan 5 ml NaC2H2O2
1 M
Ditentukan dan dicatat
pH dengan indikator universal
2.
Penentuan pH larutan buffer setelah ditambah asam
Diisi
masing-masing dengan 2 ml larutan buffer
Ditambahkan
masing-masing 1 tetes larutan HCl 1 M
Ditentukan pH dan
dibandingkan dengan pH larutan buffer
3.
Penentuan pH larutan buffer setelah ditambah basa
Diisi
masing-masing dengan 2 ml larutan buffer
Ditambahkan
masing-masing 1 tetes larutan NaOH 1 M
Ditentukan pH dan
dibandingkan dengan pH larutan buffer
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Titrasi Asam Basa
A. Standardisasi dengan larutan
HCl
No
|
|
Ulangan
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1
|
Volume
larutan HCl
|
25 mL
|
25 mL
|
25 mL
|
2
|
Molaritas
larutan HCL
|
0,1 mol
|
||
3
|
Mol
HCl yang dipakai
|
25 mol
|
25 mol
|
25 mol
|
4
|
Mol
NaOh yang didapatkan
|
|
|
|
5
|
Volume
awal NaOH
|
75 mL
|
55 mL
|
37 mL
|
6
|
Volume
akhir NaOH
|
44 mL
|
29 mL
|
47 mL
|
7
|
Volume
NaOH yang ditambahkan
|
31 mL
|
26 ml
|
28 mL
|
8
|
Molaritas
larutan NaOH
|
0,1 mol
|
0,1 mol
|
0,1 mol
|
9
|
Molaritas
larutan NaOH rata-rata
|
|
|
|
B. Standardisasi dengan KHP
No
|
|
ulangan
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1
|
Massa
botol timbang berisi KHP
|
|
|
|
2
|
Massa
botol timbang setelah KHP
|
|
|
|
3
|
Massa
KHP
|
0,35 g
|
0,35 g
|
0,35 g
|
4
|
Mol
KHP
|
1,715.10-3 mol
|
|
|
5
|
Mol
NaOH yang dibutuhkan
|
2 mol
|
|
|
6
|
Volume
awal NaOH
|
55 mL
|
|
|
7
|
Volume
akhir NaOH
|
35 mL
|
|
|
8
|
Volume
NaOh terpakai
|
20 ml
|
|
|
9
|
Molaritas
larutan NaOH
|
0,1 mol
|
|
|
10
|
Molaritas
larutan NaOH rata-rata
|
0,1 mol
|
c. Persentase asam asetat dalam
cuka
No
|
|
Ulangan
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1
|
Volume
cuka
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2
|
Rapatan
cuka
|
1,008 g/m
|
|
|
4
|
Massa
cuka
|
2,016 g
|
|
|
4
|
Volume
awal NaOH
|
190 ml
|
|
|
5
|
Volume
akhir NaOH
|
15 ml
|
|
|
6
|
Volume
NaOH terpakai
|
85 ml
|
|
|
7
|
Molaritas
larutan NaOH
|
0,1 mol
|
||
8
|
Mol
NaOH yang ditambahkan
|
0,0085 mol
|
0,00815 mol
|
|
9
|
Mol
asam asetat
|
0,03 mol
|
0,03 mol
|
|
10
|
Bobot
asam asetat
|
1,8 g
|
1,8 g
|
|
11
|
%
massa asam asetat dalam contoh
|
|
|
|
12
|
%
massa asam asetat rata-rata
|
|
|
|
Bobot contoh KHP
Contoh
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Bobot
KHP + kertas (g)
|
|
|
Bobot
kertas (g)
|
|
|
Bobot
KHP (g)
|
5,1
|
|
pH awal, pembacaan buret
Pembacaan
buret (ml)
|
Volume NaOH (ml)
|
pH
|
|
10
|
5
|
|
20
|
5
|
|
25
|
5
|
|
30
|
5
|
|
35
|
6
|
|
45
|
11
|
|
50
|
12
|
|
60
|
12
|
Percobaan pengendalian buffer
No
|
Larutan
|
pH keasaman
|
||
Awal
|
Setelah penambahan asam asetat
|
Setelah penambahan natrium hidroksida
|
||
A
|
Larutan
buka buffer
|
|
|
|
1.
air
|
7
|
1
|
-
|
|
2.
natrium hidroksida
|
12
|
10
|
-
|
|
3.
asam klorida
|
3
|
2
|
-
|
|
B
|
Larutan
buffer
|
|
|
|
1.
campuran asam asetat dan natrium hidroksida
|
5
|
5
|
5
|
|
2.
campuran amonium hidroksida dan amonium klorida
|
10
|
10
|
10
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum
kali ini, kami melakukan percobaan tentang titrimetri dan pengendalian pH.
Untuk praktikum kali ini tidak semua kelompok yang melakukan percobaan karena
waktu yang tidak cukup untuk melakukan 2 percobaan sekaligus dalam 1 hari dan
juga terbatasnya alat-alat praktikum sehingga setiap kelompok hanya melakukan 1
macam percobaan. Dan data yang diperoleh diambil dari kelompok-kelompok yang
melakukan percobaan yaitu kelompok 1,2,3 dan 4.
a. Penyiapan
Larutan NaOH 0,1 M
Pada percobaan ini, kami menimbang
NaOH sebanyak 1,6 gr dan di pindahkan kedalam botol 500 ml.Setelah itu,
NaoH tersebut di larutkan dalam air
suling sebanyak 400 ml.Sebelum di gunakan, larutan tersebut di kocok lagi.
b. Standardisasi
Larutan NaOH 0,1 M
Percobaan standardisasi laritan NaOH
ini menggunakan larutan HCl dan larutan KHP.
Dalam ini, pertama-tama buret 50 ml di cuci terlebih dahulu di bilas
dengan air suling. Cerat pada buret tersebut di tutup dan di masukan sebanyak 5
ml larutan NaOH dari prosedur sebelumnya yang akan di standardisasi.Miringkan
dan puter buret agar membasahi permukaan
dalam buret.Kemudian larutan dalam buret di keluarkan dan di ulangi pembilasan
sampai 2 kali dengan larutan NaOH.Selanjutnya mengisi kembali buret dengan NaOH
sampai mencapai angka nol,kemudian larutan tersebut di alirkan untuk
mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret.
Selanjutnya
melakukan standardisasi larutan NaOH dengan larutan HCl. Pada perconbaan ini, kita
menggunakan 3 buah erlemeyer 250 ml yang sudah di cuci dan di bilas dengan air
suling kemudian sebanyak 25 ml larutan HCl di masukkan ke dalam masing
masing erlemeyer dan di tambahkan air
suling sebanyak 25 ml dan 3 tetes indikator fenolftalein kedalam
erlemeyer.Setelah itu di catat volume awal dari
larutan NaoH dalam buret dan di alirkan sedikit demi sedikit kedalam
erlemeyer yang pertama dan di peroleh warna merah jambu.Kemudian mencatat
volume akhir dalam buret.Setelah itu mengisi kembali buret tersebut dan
melakukan titrasi pada erlemeyer ke dua dan ketiga dengan prosedur yang sama
dengan erlemeyer pertama.
Percobaan
selanjutnya yaitu melakukan standardisasi larutan NaOH dengan larutan kalium
hidrogen ftalat. Dalam percobaan ini, 3 buah erlenmeyer masing-masing diisi
dengan 0,35 gr KHP dan ditambahkan 25 ml air suling. Kemudian dikocok sampai
semua zat larut dan ditambahkan lagi 3 tetes indikator fenolftalein. Setelah
itu, masing-masing larutan pada erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH sampai
terbentuk warna merah muda. Kemudian mencatat volume NaOH yang terpakai.
c. Menentukan
persentase asam asetat dalam cuka
Pada percobaan ini, hampir sama
dengan percobaan sebelumnya. dalam percobaan ini kami memasukkan sebanyak 2 ml
asam cuka kedalam 3 buah erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 20 ml air suling dan
3 tetes indikator fenolftalein. Setelah itu dititrasi dengan larutan NaOH
seperti pada prosedur sebelumnya dan dihitung % massa pada tiap-tiap
erlenmeyer.
Dari percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh data yaitu: untuk erlenmeyer pertama dan kedua diperoleh data yang
sama yaitu 89 % dan erlenmeyer ketiga tidak ada karena kami hanya melakukan 2
kali pengulangan. Dan persentase rata-rata asam asetat adalah 89 %.
Potensiometri
Dalam percoban ini, kami menggunakan
alat pH meter yang dikalibrasi denag larutan buffer ber-pH 5. Setelah itu,
menimbang 5,1 g kalium hidrogen ftalat dan dialrutkan denagn ait suling dan
diencerkan dalan labu ukur 250 ml. Kemudian sebanyak 50 ml larutan tersebut
dimasukkan kedalam gelas piala.
Kemudian kami membuat larutan NaOH
0,1 M yang akan distandardisasi dan dimasukkan kedalam buret. Selanjutnya mencatat pH yang terbaca pada
saat sebelum penambahan NaOH dan setelah pemanbahan NaOH sebanyak 10 ml, 20 ml,
25 ml, 30 ml, 35 ml, 45 ml, 50 ml, dan 60 ml. Kemudian membuat kurva titrasi
dari data yang diperoleh.
Dari percobaan yang teah dilakukan,
diperoleh hasil yaitu: pada saat volume NaOH 10 ml, 20 ml, 25 ml dan 30 ml pH=
5, pada saat volume NaOH 35 ml pH= 6, pada saat volume NaOH 45 ml pH=11, dan
pada saat volume NaOH 50 ml dan 60 ml pH = 12.
a. Larutan bukan
buffer
Pada percobaan ini, digunakan 3 buah
tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan air suling, tabung kedua diisi
dengan 1 ml larutan HCl, dan tabung ketiga diisi dengan 1 ml larutan NaOH.
Kemudian dicatat pH larutan dengan indikator universal. Dari percobaan yang
dilakukan, diperoleh hasil yaitu: untuk tabung pertama berpH 7, tabung kedua
berpH 3 dan tabung ketiga berpH 12.
Selanjutnya percobaan untuk larutan
bukan buffer setelah ditambah asam. Sama seprti percobaan sebelumnya
menggunakan 3 tabung reaksi yang diisi dengan air suling, 1 ml larutan HCl dan
1 ml larutan NaOH. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 1 M kedalam masing-masing
tabung dan menentukan pH larutan tersebut. dari percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh data yaitu; tabung pertama berpH 1, tabung kedua berpH 2 dan tabung
ketiga berpH 10.
b. Larutan
buffer
Pada percobaan ini 5 ml asam asetat
1 M di campur dengan 5 ml natrium asetat
1 M dalam tabung reaksi. Kemudian menentukan pH larutan tersebut dengan
indikator universal. Selanjutnya menentukan pH dari 5 nl NH4OH 1 M
yang dicampur dengan 5 ml NH4Cl 1 M. Dan diperolah data yaitu: untuk
campuran pertama berpH 5 dan campuran kedua berpH 10.
Percobaan selanjutnya adalah
penentuan pH larutan setelah penambahan asam. 2 tabung reaksi masing-masing
diisi dengan 2 ml larutan buffer kemudian ditambahkan 1 tetes larutan HCl
kedalam masing-masing tabung reaksi. dan ditentukan pH nya, dibandingkan dengan
pH larutan buffer. Dan diperoleh data yaitu: tabung pertama berpH 5 dan tabung
kedua berpH 10.
Percobaan selanjutnya yaitu
penentuan pH larutan setelah penambahan basa. Sama seperti percobaan sebelumnya
menggunakan 2 tabung reaksi yang diisi dengan larutan buffer, namun pada
percobaan ini diutambahkan 1 tetes larutan NaOH 1 M. Kemudian ditentukan dan
dibandingkan pH larutan yang diperoleh dengan pH larutan buffer. Dari percobaan
yang telah dilakukan, diperoleh data yaitu: tabung pertama berpH 5 dan tabung
kedua berpH 10.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pada saat menitrasi,
indikator sangat dibutuhkan karena dengan indikator kita dapat melakukan
titrasi dengan cepat. Dan kita bisa mengetahui terjadi nya perubahan warna pada
saat titrasi.
2.
Suatu contoh larutan
yang mengandung asam dapat diketahui dari uji titrasi.
3.
Dalam menentukan
titrasi, kita harus melakukan pengamatan yang sangat teliti karena titik
titrasi yang tepat adalah titk yang mendekati titik ekivalen yaitu ketika warna dalam zat yang dititrasi
dapat berubah warna. Perubahan warna yang terjadi jangan yerlalu cepat.
4.
Ada 3 jenis titrasi
yaitu :
·
Titrasi asam kuat dan
basa kuat
·
Titrasi asam lemah dan
basa kuat
·
Titrasi basa lemah dan
asam kuat
5.
Larutan bufer sangat penting
dalam pengendalian ph terutama dalam sistem fisiologi tubuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, James E.2002.Kimia
Universitas. Asas Dan Struktur Jilid I.Jakarta:Binapura Akasara.
Keenan,dkk.1984.Kimia Untuk
Universitas.Jakarta:Erlangga.
Lehninger.1993.Kimia Untuk
Universitas.Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Ralph H.1987.Kimia
Dasar.Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta:Erlangga.
LAMPIRAN
Titrasi Asam Basa
A. Standardisasi dengan larutan
NaOH
1. Mol HCl
mol = M
x V
=
0,1 M x 25.10-3 L
=
2,5.10-3 mol
2. Mol NaOH = mol HCl
= 2,5.10-3 mol
3. Molaritas
NaOH
M = n
x
=
2,5
x 10-3 mol x
=
2,5
x 10-3 mol x 40
=
0,1 M
B. Standardisasi dengan KHP
mol KHP =
=
= 1,715.10-3
mol
C. Persentase asam asetat dalam
cuka
1. Massa
cuka
r =
m = r x V
=
1,008 g/ml x 25 ml
=
2,016 g
2. Bobot
asam asetat
mol =
gr = mol x Mr
= 0,03 mol x
60 g/mol
= 1,8 g
3. % massa
asam asetat dalam contoh
% asam asetat =
x 100 %
=
x 100 %
=
0,89 x 100%
=
89 %
Potensiometri
Kurva Titrasi
No comments:
Post a Comment