Sunday 18 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN PH




LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
“TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN PH”



 

  




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrimetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif didasarkan pada  pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya. Selanjutnya akan dikatakan titik ekuivalen dari titrasi telah dicapai. Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen, tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama (atau mengoreksi perbedaan di antara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam metode titrimetri.
Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan dengan yang disebutdengan titrasi. titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan  jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya












1.2 Tujuan
a.       Dapat mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam
b.      Dapat menstandardisasi larutan penitrasi
c.       Dapat menstandardisasi larutan NaOH
d.      Dapat menggambarkan kurva titrasi
e.       Dapat menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah
f.       Dapat menjelaskan pentingnya pengendalian pH, terutama pada sistem fisiologi tubuh
g.      Dapat menguraikan cara mempertahankan pH dalam berbagai macam penggunaan
h.      Dapat mengenal dengan baik beberapa larutan buffer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi
1.3 Pertanyaan PraPraktek
1.      Apa yang dimaksud dengan (a) asam, (b) basa, (c) titik ekuivalen, dan (d) indikator?
Jawab:
a.    Asam adalah senyawa yang bersifat asam dan menghasilkan ion H+.
b.    Basa adalah sinyawa yang mempunyai rasa pahit dan menghasilkan ion OH-.
c.    Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan.
d.   Indikator adalah suatu senyawa yang digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa dengan perubahan warna.

2.      Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen!
Jawab:
§  Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titik titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna.
§  Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan.

3.      Sebanyak 0,7742 gr kalium hidrogen sitrat dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan HaOH. Bila terpakai 33,6 ml larutan NaOH,berapa molaritas NaOH tersebut ?
Dik:     massa KHC6H7O7         = 0,7742 g
            V NaOH                                 = 33,6 ml
Dit:      M NaOH .....?
Jawab:
KHC6H7O7 + NaOH   NaKHC6H7O7 + H2O
mol KHC6H7O7           =  =  = 0,00335 mol
mol NaOH      = 0,00335 mol
                        = 0,00335 mol
M NaOH         =
                        =
                        = 0,0997 M

4.      Jelaskan apa yang di maksud dengan (a) kurva titrasiasam basa, (b) titik ekivalen, (c) standarisasi, (d) larutan standar primer, (e) pH, (f) pH meter !
Jawab:
a.    Kurva titrasi asam basa adalah grafik yang menyatakan hitungan pH dengan volume liter.
b.    Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan.
c.    Standardisasi adalah proses pengukuran konsentrasi larutan yang disebut larutan standar.
d.   Larutan standar primer adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasi nya.
e.    pH adalah derajat keasaman yang menyatakan tingkat keasaman atau kebasaab yang dikmiliki oleh suatu larutan
f.     pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur pH larutan.

5.      Hitung masa kalium hidrogen ftalat (KHP) untuk menetralisasi 25 ml NaOH 0,1 m dan tulis persamaan reaksinya ?
Dik:     V NaOH                     = 25 ml
            M NaOH         = 0,1 mol
Dit:      massa KHC6H4O4...?
jawab:
KHC6H4O4 + NaOH   NaKC8H4O4 + H2O
mol NaOH      = M x V
                        = 0,1 x 0,025
                        = 25.10-4 mol
mol NaOH      = mol KHC6H4O4
mol KHC6H4O4           =
25.10-4 mol      =
gr                     = 25.10-4 x 204
gr                     = 0,51 g


6.      Bagaimana membuat 50 ml larutan HCl dengan PH=1 dari larutan HCl 1 M ?
Jawab:
pH       = -log [H+]
1          = -log [H+]
[H+]     = 10-1
M1V1   = M2V2
1 x V1  = 10-1 x 50
V1          = 5

7.      a. Apakah larutan bufer itu?
b. Mengapa larutan bufer itu penting?
Jawab:
a.    Larutan buffer adalah larutan encer yang mengandung asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya.
b.    Larutan buffer itu penting karena dapat mempertahankan pH larutan pada nilai yang hampir konstan sebab mengenai ion garam kesetimbangan asam lemah dan kesetimbangan air.

8.      Berilah definisi untuk asam lemah dan basa lemah?
Jawab:
Ø Asam lemah adala asam yang hanya sebagian kecil yang dapat terionsasi.
Ø Basa leah adalah basa yang dalam air mengalami ionisasi sebagian.

9.      Jelaskan dengan persamaan reaksi ,bagaimana larutannatrium sianida (NaCN) dengan hidrogen sianida(HCN) berfungsi sebagai larutan bufer ?
Jawab:
HCN + NaOH        NaCN + H2O
HCN                                   H+ + CN-
NaCN                     Na+ + CN-
Ø Jika ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan ion CN- membentuk HCN (kesetimbangan bergeser ke kiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap)
Ø jika ditambahkan basa, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk H2O kesetimbangan bergeser ke kanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan ion H+)
Ø ion H+ diikat oleh CN- ditutup kembali dari penguraian ion sehingga jumlah ion H+ tetap.

10.  Sebutkan beberapa pasangan larutan bufer yang sifat fisiologisnya sama benar ?
Jawab:
HC2H3O2 + NaOH      NaC2H2O2 + H2O
KH2PO4 + NaOH                    K2HPO4 + H2O
















BAB II
LANDASAN TEORI
            Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung (Anonim,2014).
            Suatu larutan yang mengandunng suatu asam lemah plus suatu garam dari asam itu atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa kuat. sistem semacam ini di sebut sebagai larutan buffer (penyangga) karena seedikit penambahan asam kuat / basa kuat hanya mengubah sedikit pH nya.
contoh:
            H+ + C2H3O2- HC2H3O2
pH nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya,  jika ion hidrogen yang di tambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang bersifat basa. Larutan buffer standar dapat di buat dari asam lemah dan garam dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang enak dipakai telah tersedia untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh larutan dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah dapat di hitung sebagai berikut:
Ka = [H+] = Ka
-Log [H+] = -Log Ka- log
pH = pKa-log
pH = pKa + log (keenan, 1984 : 235-237).

Untuk larutan basa, konsentrasi  harus melebihi konsentrasi H+ dalam suatu larutan. ketidak seimbangan tersebut dapat dibuat melalui dua cara yang berbeda
Pertama: Basa dapat berupa hidroksida, yang hanya dapat berdisosiasi untuk menghasilkan ion hidroksida.
Di mana M melambangkan kation, biasanya logam, basa yang paling umum adalah berbentuk hidroksida seperti itu.
Garis kedua bisa di lakukan dengan mengektrasi satu ion. hidrogen dari ssatu molekul air, menyisakan satu ion hidroksida:
            Kekuatan bufer bukan merupakan suatu yang istimewa, sifat ini hanya merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrum dapat balik mendesak yang terjadi didalam  larutan satu donor proton dan elvepror proton konjuganya. jika keduanya terdapat konsentrasi yang sama.
            Jika kita menambah H+ atau OH- kedalam bufer, akibatnya adalah perubahan kecil pada nisbah konsentrasi relatif asam dan anionnya karena juga hanya sedikit sistem buffer dengan penambahan sejumlah kecil asam /basa diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya. jumlah komponen buffer tidak berubah yang berubah hanya nisbahnya (Lehninger, 1993 : 187).
Suatu titrasi adalah cara yang sangat berguna untuk menentukan konsentrasi dari larutan asam-asam dan basa-basa asal saja titik ekuivalennya dapat ditentukan. titik ekuivalen terjadi apabila jumlah jumlah yang sama dari ekuivalen asa dan basa dicampur. pH suatu larutan berubah sewaktu titrasi asam basa berlangsung dan berapa pHnya pada titik ekuivalen.
Dalam titarai asan basa dimana salah satu zat kuat dan lainnya lemahpada titik ekuivalennya, larutan netral karena salah satu ion dari garam yang terbentuk dapat berfungsi sebagai garam asam atau basa.
salah satu prinsip penggunaan indikator asam basa pada titrasi adalah untuk menentukan titik ekuivalennya. Indikator umumnya adalah suatu asam atau basa organik lemah yang akan berubah warna pada harga daerah ph tertentu. akan tetapi tidak semua indikator akan berubah warna pada pH dimana diperkirakan titik ekuivalen akan tercapai. (Brady, 2002: 149-154)
Indikator asam basa adalah zat yang warnanya bergantung pada pH larutan yang ditanbahkan. pemilihan indikator bergantung pada seberapa asam atau basa suatu larutan. Terdapat 2 bentuk indikator asam basa, yaitu:
1.      Asam lemah, digambarkan sebagai HIn dan mempunyai satu warna
2.      Basa konjugasi, digambarkan sebagai In-dan mempunyai warna berbeda
Bila sediksit saja indikator yang ditambahkanpada larutan, indikator tidak akan mempengaruhi pH larutan, namun kesetimbangan ionisasi indikator  itu sendiri dipengaruhi oleh keberadaan H3o+I dalam larutan.
HIn + H2O           H2O+ + In-
warna asam                 warna basa
Warna larutan bergantung pada proporsi relatif asam dan basa. pH larutan dapat dikaitkan dengan proporsi relatif ini dan dengan pKa indikator melalui persamaan yang serupa dengan persamaan:
pH =pK Hin+ Log  (Petrucci, 1987: 344-345)

                                               


           










BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat Dan Bahan
a.       Alat:
§  botol 500 mL
§  Timbangan
§  Buret 50 mL
§  Erlenmeyer 250 mL
§  Pipet tetes
§  pH meter
§  Labu ukur
§  Gelas piala
§  Tabung reaksi
b.      Bahan:
§  Larutan NaOH
§  NaOH 1,6 g
§  Air suling
§  Larutan HCl
§  indikator PP
§  Kalium hidrogen ftalat
§  Cuka dapur
§  Asam asetat
§  Laritan buffer pH 5
§  Indikator universal
§  Larutan HC2H2O2, NaC2H2O2, NH4OH, NH4Cl
3.2 Prosedur Kerja
Text Box: Botol 500 mLa. Penyiapan larutan NaOH 0,1 M


 
                        Dicuci dan dibilas
                        Dimasukkan  1,6 g NaOH     
                        Ditambahkan 400 mL air suling
Text Box: Hasil                        Dikocok hingga larut


Text Box: Buret 50 mLb. Standardisasi Larutan NaOH


 
                        Dicuci dan dibilas dengan air suling
                        Ditutup cerat dan dimasukkan 5 mL NaOH
                        Dimiringkan dan diputar untuk membasahi permukaan dalam buret
                        Dikeluarkan larutan dan diulangi proses pembilasan
Text Box: 3 buah erlemeyer                        Diisi dengan larutan NaOH hingga mencapai angka nol dan dialirkan


 
Text Box: buretDimasukkan 25 mL larutan HCl 0,1 M,25 mL air suling dan 3 tetes indikator PP


 
                        Dicatat kedudukan awal larutan NaOH
Dialirkan larutan NaOH ke erlenmeyer pertama
Dicatat volume akhir larutan NaOH
Text Box: Hasil pengamatanDiisi kembali dengan larutan NaOH dan dititrasi pada erlenmeyer 2 dan 3



 


                        Ditambahkan 0,35 g kalium hidrogen ftalat (KHP) dan 25 mL air suling
                        Dikocok sampai larit dan ditambahkan 3 tetes indikator PP
Text Box: Hasil pengamatan                        Dicatat volume NaOH yang terpakai
                       

Text Box: 3 buah erlemeyerc. Menentukan persentase asan asetat dalam cuka


 
                        Ditambahkan 2 mL asam cuka, 20 mL air suling dan 3 tetes indikator PP
                        Dititrasi dengan larutan NaOH
Text Box: Hasil pengamatan                        Dihitung persen massa pada tiap contoh


Text Box: Alat pH meterPotensiometri


 
                        Disiapkan dan dikalibrasi dengan larutan buffer ber pH
                        Ditimbang 5,1 g Kalium hidrogen ftalat
Text Box: Labu ukur 250 ml                        Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan ke dalam

Text Box: Gelas piala                        Dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam


 
Text Box: Buret                         Dibuat larutan NaOH dan dimasukkan ke dalam


 
                        Dipasang alat seperti gambar
                        Dicatat pH sebelum dan sesudah penambahan larutan NaOH
Dibuat kurva titrasi
Text Box: Hasil Pengamatan                        Diulangi percobaan sekali lagi


A. Larutan bukan buffer
Text Box: 3 Tabung reaksi1. Penentuan pH lartan bukan buffer


 
                        Tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling
                        Tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCl 0,0001 M
                        Tabung 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M
Text Box: Hasil Pengamatan                        Ditentuka dan dicatat pH dengan indikator universal


Text Box: 3 Tabung reaksi2. Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam


 
                        Tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling
                        Tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCl 0,0001 M
                        Tabung 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M
                        Ditambahkan masing-masing  1 tetes larutan HCl 1 M
Text Box: Hasil Pengamatan                        Ditentukan pH larutan

B. Larutan Buffer
Text Box: Tabung reaksi1. Penentuan pH larutan buffer


 
                        Dicampurkan 5 ml HC2H2O2 1 M dengan 5 ml NaC2H2O2 1 M
Text Box: Hasil Pengamatan                        Ditentukan dan dicatat pH dengan indikator universal


Text Box: 2 Tabung reaksi2. Penentuan pH larutan buffer setelah ditambah asam


 
                        Diisi masing-masing dengan 2 ml larutan buffer
                        Ditambahkan masing-masing 1 tetes larutan HCl 1 M
Text Box: Hasil Pengamatan                        Ditentukan pH dan dibandingkan dengan pH larutan buffer


Text Box: 2 Tabung reaksi3. Penentuan pH larutan buffer setelah ditambah basa


 
                        Diisi masing-masing dengan 2 ml larutan buffer
                        Ditambahkan masing-masing 1 tetes larutan NaOH 1 M
Text Box: Hasil Pengamatan                        Ditentukan pH dan dibandingkan dengan pH larutan buffer










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Titrasi Asam Basa
A. Standardisasi dengan larutan HCl
No

Ulangan
1
2
3
1
Volume larutan HCl
25 mL
25 mL
25 mL
2
Molaritas larutan HCL
0,1 mol
3
Mol HCl yang dipakai
25 mol
25 mol
25 mol
4
Mol NaOh yang didapatkan



5
Volume awal NaOH
75 mL
55 mL
37 mL
6
Volume akhir NaOH
44 mL
29 mL
47 mL
7
Volume NaOH yang ditambahkan
31 mL
26 ml
28 mL
8
Molaritas larutan NaOH
0,1 mol
0,1 mol
0,1 mol
9
Molaritas larutan NaOH rata-rata




B. Standardisasi dengan KHP
No

ulangan
1
2
3
1
Massa botol timbang berisi KHP



2
Massa botol timbang setelah KHP



3
Massa KHP
0,35 g
0,35 g
0,35 g
4
Mol KHP
1,715.10-3 mol


5
Mol NaOH yang dibutuhkan
2 mol


6
Volume awal NaOH
55 mL


7
Volume akhir NaOH
35 mL


8
Volume NaOh terpakai
20 ml


9
Molaritas larutan NaOH
0,1 mol


10
Molaritas larutan NaOH rata-rata
0,1 mol

c. Persentase asam asetat dalam cuka
No

Ulangan
1
2
3
1
Volume cuka
2 ml
2 ml
2 ml
2
Rapatan cuka
1,008 g/m


4
Massa cuka
2,016 g


4
Volume awal NaOH
190 ml


5
Volume akhir NaOH
15 ml


6
Volume NaOH terpakai
85 ml


7
Molaritas larutan NaOH
0,1 mol
8
Mol NaOH yang ditambahkan
0,0085 mol
0,00815 mol

9
Mol asam asetat
0,03 mol
0,03 mol

10
Bobot asam asetat
1,8 g
1,8 g

11
% massa asam asetat dalam contoh



12
% massa asam asetat rata-rata




Bobot contoh KHP
Contoh
Ulangan 1
Ulangan 2
Bobot KHP + kertas (g)


Bobot kertas (g)


Bobot KHP (g)
5,1


pH awal, pembacaan buret
Pembacaan buret (ml)
Volume NaOH (ml)
pH

10
5

20
5

25
5

30
5

35
6

45
11

50
12

60
12

Percobaan pengendalian buffer
No
Larutan
pH keasaman
Awal
Setelah penambahan asam asetat
Setelah penambahan natrium hidroksida
A
Larutan buka buffer



1. air
7
1
-
2. natrium hidroksida
12
10
-
3. asam klorida
3
2
-
B
Larutan buffer



1. campuran asam asetat dan natrium hidroksida
5
5
5
2. campuran amonium hidroksida dan amonium klorida
10
10
10

4.2 Pembahasan
            Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang titrimetri dan pengendalian pH. Untuk praktikum kali ini tidak semua kelompok yang melakukan percobaan karena waktu yang tidak cukup untuk melakukan 2 percobaan sekaligus dalam 1 hari dan juga terbatasnya alat-alat praktikum sehingga setiap kelompok hanya melakukan 1 macam percobaan. Dan data yang diperoleh diambil dari kelompok-kelompok yang melakukan percobaan yaitu kelompok 1,2,3 dan 4.
a. Penyiapan Larutan NaOH 0,1 M
            Pada percobaan ini, kami menimbang NaOH sebanyak 1,6 gr dan di pindahkan kedalam botol 500 ml.Setelah itu, NaoH  tersebut di larutkan dalam air suling sebanyak 400 ml.Sebelum di gunakan, larutan tersebut di kocok lagi.
b. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M
           Percobaan standardisasi laritan NaOH ini menggunakan larutan HCl dan larutan KHP.  Dalam  ini, pertama-tama  buret 50 ml di cuci terlebih dahulu di bilas dengan air suling. Cerat pada buret tersebut di tutup dan di masukan sebanyak 5 ml larutan NaOH dari prosedur sebelumnya yang akan di standardisasi.Miringkan dan  puter buret agar membasahi permukaan dalam buret.Kemudian larutan dalam buret di keluarkan dan di ulangi pembilasan sampai 2 kali dengan larutan NaOH.Selanjutnya mengisi kembali buret dengan NaOH sampai mencapai angka nol,kemudian larutan tersebut di alirkan untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret.
Selanjutnya melakukan standardisasi larutan NaOH dengan larutan HCl. Pada perconbaan ini, kita menggunakan 3 buah erlemeyer 250 ml yang sudah di cuci dan di bilas dengan air suling kemudian sebanyak 25 ml larutan HCl di masukkan ke dalam masing masing  erlemeyer dan di tambahkan air suling sebanyak 25 ml dan 3 tetes indikator fenolftalein kedalam erlemeyer.Setelah itu di catat volume awal dari  larutan NaoH dalam buret dan di alirkan sedikit demi sedikit kedalam erlemeyer yang pertama dan di peroleh warna merah jambu.Kemudian mencatat volume akhir dalam buret.Setelah itu mengisi kembali buret tersebut dan melakukan titrasi pada erlemeyer ke dua dan ketiga dengan prosedur yang sama dengan erlemeyer pertama.
Percobaan selanjutnya yaitu melakukan standardisasi larutan NaOH dengan larutan kalium hidrogen ftalat. Dalam percobaan ini, 3 buah erlenmeyer masing-masing diisi dengan 0,35 gr KHP dan ditambahkan 25 ml air suling. Kemudian dikocok sampai semua zat larut dan ditambahkan lagi 3 tetes indikator fenolftalein. Setelah itu, masing-masing larutan pada erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk warna merah muda. Kemudian mencatat volume NaOH yang terpakai.
c. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka
            Pada percobaan ini, hampir sama dengan percobaan sebelumnya. dalam percobaan ini kami memasukkan sebanyak 2 ml asam cuka kedalam 3 buah erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 20 ml air suling dan 3 tetes indikator fenolftalein. Setelah itu dititrasi dengan larutan NaOH seperti pada prosedur sebelumnya dan dihitung % massa pada tiap-tiap erlenmeyer.
            Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data yaitu: untuk erlenmeyer pertama dan kedua diperoleh data yang sama yaitu 89 % dan erlenmeyer ketiga tidak ada karena kami hanya melakukan 2 kali pengulangan. Dan persentase rata-rata asam asetat adalah 89 %.
Potensiometri
            Dalam percoban ini, kami menggunakan alat pH meter yang dikalibrasi denag larutan buffer ber-pH 5. Setelah itu, menimbang 5,1 g kalium hidrogen ftalat dan dialrutkan denagn ait suling dan diencerkan dalan labu ukur 250 ml. Kemudian sebanyak 50 ml larutan tersebut dimasukkan kedalam gelas piala.
            Kemudian kami membuat larutan NaOH 0,1 M yang akan distandardisasi dan dimasukkan kedalam buret.  Selanjutnya mencatat pH yang terbaca pada saat sebelum penambahan NaOH dan setelah pemanbahan NaOH sebanyak 10 ml, 20 ml, 25 ml, 30 ml, 35 ml, 45 ml, 50 ml, dan 60 ml. Kemudian membuat kurva titrasi dari data yang diperoleh.
            Dari percobaan yang teah dilakukan, diperoleh hasil yaitu: pada saat volume NaOH 10 ml, 20 ml, 25 ml dan 30 ml pH= 5, pada saat volume NaOH 35 ml pH= 6, pada saat volume NaOH 45 ml pH=11, dan pada saat volume NaOH 50 ml dan 60 ml pH = 12.
a. Larutan bukan buffer
            Pada percobaan ini, digunakan 3 buah tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan air suling, tabung kedua diisi dengan 1 ml larutan HCl, dan tabung ketiga diisi dengan 1 ml larutan NaOH. Kemudian dicatat pH larutan dengan indikator universal. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu: untuk tabung pertama berpH 7, tabung kedua berpH 3 dan tabung ketiga berpH 12.
            Selanjutnya percobaan untuk larutan bukan buffer setelah ditambah asam. Sama seprti percobaan sebelumnya menggunakan 3 tabung reaksi yang diisi dengan air suling, 1 ml larutan HCl dan 1 ml larutan NaOH. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 1 M kedalam masing-masing tabung dan menentukan pH larutan tersebut. dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data yaitu; tabung pertama berpH 1, tabung kedua berpH 2 dan tabung ketiga berpH 10.
b. Larutan buffer
            Pada percobaan ini 5 ml asam asetat 1 M di  campur dengan 5 ml natrium asetat 1 M dalam tabung reaksi. Kemudian menentukan pH larutan tersebut dengan indikator universal. Selanjutnya menentukan pH dari 5 nl NH4OH 1 M yang dicampur dengan 5 ml NH4Cl 1 M. Dan diperolah data yaitu: untuk campuran pertama berpH 5 dan campuran kedua berpH 10.
            Percobaan selanjutnya adalah penentuan pH larutan setelah penambahan asam. 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml larutan buffer kemudian ditambahkan 1 tetes larutan HCl kedalam masing-masing tabung reaksi. dan ditentukan pH nya, dibandingkan dengan pH larutan buffer. Dan diperoleh data yaitu: tabung pertama berpH 5 dan tabung kedua berpH 10.
            Percobaan selanjutnya yaitu penentuan pH larutan setelah penambahan basa. Sama seperti percobaan sebelumnya menggunakan 2 tabung reaksi yang diisi dengan larutan buffer, namun pada percobaan ini diutambahkan 1 tetes larutan NaOH 1 M. Kemudian ditentukan dan dibandingkan pH larutan yang diperoleh dengan pH larutan buffer. Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data yaitu: tabung pertama berpH 5 dan tabung kedua berpH 10.

























BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Pada saat menitrasi, indikator sangat dibutuhkan karena dengan indikator kita dapat melakukan titrasi dengan cepat. Dan kita bisa mengetahui terjadi nya perubahan warna pada saat titrasi.
2.      Suatu contoh larutan yang mengandung asam dapat diketahui dari uji titrasi.
3.      Dalam menentukan titrasi, kita harus melakukan pengamatan yang sangat teliti karena titik titrasi yang tepat adalah titk yang mendekati titik ekivalen  yaitu ketika warna dalam zat yang dititrasi dapat berubah warna. Perubahan warna yang terjadi jangan yerlalu cepat.
4.      Ada 3 jenis titrasi yaitu :
·         Titrasi asam kuat dan basa kuat
·         Titrasi asam lemah dan basa kuat
·         Titrasi basa lemah dan asam kuat
5.      Larutan bufer sangat penting dalam pengendalian ph terutama dalam sistem fisiologi tubuh.















DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014 (http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi )(3 mei 2015)
Brady, James E.2002.Kimia Universitas. Asas Dan Struktur Jilid I.Jakarta:Binapura Akasara.
Keenan,dkk.1984.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.
Lehninger.1993.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Ralph H.1987.Kimia Dasar.Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta:Erlangga.























LAMPIRAN
Titrasi Asam Basa
A. Standardisasi dengan larutan NaOH
1.    Mol HCl
mol         = M x V
               = 0,1 M x 25.10-3 L
               = 2,5.10-3 mol
2.    Mol NaOH        = mol HCl
= 2,5.10-3 mol
3.    Molaritas NaOH
M           = n x
                        = 2,5 x 10-3 mol x 
                        = 2,5 x 10-3 mol x 40
= 0,1 M
B. Standardisasi dengan KHP
   mol KHP      =
               =
               = 1,715.10-3 mol
C. Persentase asam asetat dalam cuka
1.    Massa cuka
r                        =
m            = r x V
               = 1,008 g/ml x 25 ml
               = 2,016 g

2.    Bobot asam asetat
mol         =
gr           = mol x Mr
               = 0,03 mol x 60 g/mol
               = 1,8 g

3.    % massa asam asetat dalam contoh
% asam asetat    =  x 100 %
                           =  x 100 %
                           = 0,89 x 100%
                           = 89 %

Potensiometri
Kurva Titrasi

No comments:

Post a Comment