Sunday 18 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN MASA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU



PERCOBAAN 7
PENETAPAN MASA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU
                                                                     

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              LATAR BELAKANG

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan, tetapi tidak tergantung pada jenis pelarutnya. sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan tekanan osmosis. Namun, pada kesempatan kali ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah sifat koligatif larutan yang berhubungan dengan penurunan titik beku larutan. Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya.
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya.Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni,hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu,baru zat pelarutnya.Jadi larutan akan lebih lama membeku dari pada pelarutnya.Dan juga setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
            Seperti yang telah umum diketahui oleh banyak orang, bahwa penambahan zat terlarut pada suatu pelarut akan menyebabkan penurunan titik beku pelarut murninya. Sebagai contoh yang sangat umum adalah air sebagai pelarut universal. Titik beku air adalah 0°C, ketika ditambahkan zat terlarut contoh garam atau gula maka titik bekunya akan menurun. Namun, untuk lebih memastikan kebenarannya maka dilakukanlah percobaan ini yang salah satu tujuannya adalah menentukan titik beku pelarut murni dan larutan.
Penurunan titik beku larutan sangat berhubungan erat dalam kehidupan disekitar kita. sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0°C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0°C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6°C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16°C. Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah senyawa untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat.
Berdasarkan pernyataan diatas kami akan membuktikan bahwa titik beku larutnya akan lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.Oleh karena itu dilakukanlah praktikum kali ini yang berjudul “penetapan massa molar berdasarkan penurunan titik beku”dengan tujuan utama agar mahasiswa pendidikan kimia dapat menetapkan titik beku cairan murni dan titik beku larutan dalam pelarut yang bersangkutan dan dapat menetapkan massa molar dan senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku.


1.2  TUJUAN PRAKTIKUM

1.      Dapat menetapkan titik beku cairan murni dan titik beku larutan dalam pelarut yang bersangkutan
2.      Dapat menetapkan massa molar dan senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku.


1.3  PERTANYAAN PRAPRAKTEK

1.      Sebanyak 1,20 gr senyawa yang rumusnya C8H8O dilarutkan dalam 15 ml  sikloheksana C6H12 ?(rapatan sikloheksana 30,744 g/mol) untuk molalitas larutan ini.
Jawab:
Mol C8H8O =  gr  = 1,2 gr          = 0,01 Mol
     Mr    120gr/mol

           
2.      Hitunglah penurunan titik beku, ∆TF larytan pada saat 1. Tetapan titik beku molal ( kf ) untuk sikloheksana adalah 20 km-1.
Jawab:
   Masa C6H12 = ρ X V
                     = 0,744 g/mol x 15 ml
                     = 11,985 gr.(p)

∆Tf = Kf X M
 = 20 mol x
 = 20 . 0,1 x 1000/11,985

 = 16,680C

3.      Asam akibat HC2H3O4 terurai dalam air menjadi H+ C2H3O2  larutan tersebut di  lebel 0,1 M HC2H3O2, yang mempunyai titik beku hasil pengukuran -0,190C hitung % penguraian HC2H3O4.
Jawab:
   CH3COOH à H+ +CH3COO-
Tf = -0,190C
∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
       = 0 – (-0,19)
       =0,19

∆Tf = Kf x M x i
0,19 =1,86 x 0,1 {(1+12-1) alfa)}
0,19 = 0,186 (1+ alfa)
1+alfa = 1,02
Alfa = 1,02- 1
Alfa = 0,02
% =0,02 x 100
     = 2 %



























BAB II
LANDASAN TEORI

Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada saat temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Pada setiap tekanan uap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni. Rumus àΔtf = M Kf
Dengan keterangan Kf adalah tetapan titik beku molar. Rumus-rumus untuk penurunan titik beku hanya berlaku bila pembekuan yang memisah pelarut padat. Dalam hal ini rumusnya harus diubah menjadi Δtf=Kf(1-K)M dengan K ialah fraksi mol zat larut dalam zat padat / fraksi mol zat dalam larutan bila zat padatnya murni berarti K=0, Δtf=MKf
Bila zat padatnya tak murni ada dua kemungkinan, yaitu :
Ø  Bila zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut cair, K<1 jadi 1-K positif, disini terjadi penurunan titik beku
Ø  Kalau zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut padat K>1 jadi 1-K negatif, disini terjadi kenaikan titik beku
Penurunan titik beku sama dengan penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi mol nya. Untuk larutan encer perbandingannya dinyatakan kedalam molaritas Δtb=Kb.M
Dengan keterangan Δtb dalah penurunan titik beku, M adalah molaritas Kb adalah tetapan penurunan titik beku. Secara historis, pengukuran titik beku telah digunakan untuk menetapkan rumus molekul. (Petrucci Ralph 1987 : 70-72)
Kemolaran adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus mol zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dalam pelarut setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stoikiometri untuk menghitung zat terlarut. Penurunan titik beku dapat dirumuskan sebagai berikut Δtf=Mkf. Sehingga dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Ø  Pada tekanan tetap, penurunan titik beku suatu larutan encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa
Ø  Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion dalam pelarut yang sama dengan konsentrasi mol yang sama mempunyai titik beku yang sama pada tekanan yang sama (margunnah N. 2001 : 67-69)
Penurunan titik beku sebanding dengan larutan atau konsentrasi zat terlarut (molaritas) dengan penurunan rumus yang sama dengan kenaikan titik didih, maka akan diperoleh persamaan :
π =  M2 atau Δtb = - Kb . M2
dengan keterangan Δlt lebur adalah entalpi peleburan molar. Kb adalah konstanta penurunan titik beku, T0 adalah titik beku (Bird Tonny, 1985 : 188)
Ada 4 sifat koligatif, yaitu :
Ø  Penurunan tekanan uap jenuh
Rault mengemukakan bahwa tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan ΔP = P0 - P
Ø  Kenaikan titik didih
ΔTb = M . Kb
Ø  Penurunan titik beku
ΔTf = M . Kf
Ø  Tekanan osmotif (π)
Merupakan tekanan yang diberikan kepada larutan sehingga dapat mencegah mengalirnya molekul pelarut melalui endapan atau selaput semipermiabel π =  x
Dengan keterangan Kb adalah kenaikan titik didih, Kf adalah tetapan kenaikan titik beku, R adalah konstanta gas ideal dan T adalah suhu mutlak (S. Syukri, 1999 : 370-375)
Menurut Rault, penurunan titik beku larutan sebanding dengan mol zat terlarut ΔTf = M . Kf
Dengan keterangan, Kf adalah penurunan titik beku larutan, M adalah molaritas dan Kf adalah konstanta penurunan titik beku molal. Rumus-rumus diatas dapat digunakan untuk menetapkan berat molekul zat terlarut. Bila W2 gram dalam W1 gram dalam pelarut
W =  x     ,   ΔTf = M . Kf = Kf  x
Untuk penurunan titik beku hanya terjadi bila pada pembekuan yang memisahkan pelarut padat (Sukardjo,1997:301-302)










BAB III
METODE  KERJA

3.1. Alat dan Bahan
Penetapan titik beku pelarut murni

Ø  Alat
1.      Tabung reaksi besar
2.      Termometer
3.      Statif
4.      Klem
5.      Kawat pengaduk
6.      Gelas piala 600 ml
Ø  Bahan
1.         Es
2.         Air
3.         Sedikit garam
4.         P-xilena

Merakit alat
 
3.2.  Prosedur kerja
A.   


















 
























B.      




BAB IV





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I
 4.1      HASIL

A.    Penetapan Titik Beku Pelarut Murni
1.Pembacaan buret awal
         Pembacaan buret akhir
         Volume p-xilena yang di gunakan
waktu
Suhu0C
15
50C
30
20C
45
20C
60
10C
75
00C
90
-30C
105
-30C
120
-30C











AIR
No
Waktu (Sekon)
Suhu (0C)
1
15
5
2
30
1
3
45
0
4
60
0
5
75
-1






B.     Penetapan Massa Molar Senyawa Yang Tidak Diketahui
1.      Massa tabung dan senyawa
Massa tabung
Massa senyawa

Waktu
Suhu0C
15
40C
30
30C
45
20C
60
-10C
75
-40C
90
-40C
105
-40C
120
-50C




4.2.            PEMBAHASAN

A.    Penetapan titik beku pelarut murni

Pada pratikum penetapan titik beku larutan murni kami tidak menentukan dengan menggunakan buret. Pada kesempatan kali ini kami (kelompok 6) tidak melakukan  praktikum secara langsung namun perwakilan dari setiap kelompok yaitu satu orang. sehingga data yang kami dapat yaitu: volume p-xilena kami butuhkan sebanyak 100 ml.

Pada percobaan pertama kami melakukan uji coba penetapan titik beku pelarut murni.Mula-mula kami mencatat dan mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan pada percobaan pertama ini Seperti tabung reaksi besar,gabus sumbat dengan dualubang,termometer,statif,klem,kawat kasa,kawat pengaduk dan gelas piala 500ml.Merakit alat seperti yang tertera pada gambar dengan memasang termometer dan kawat pengaduk pada lubang gabus.

Setelah semua alat terpasang dan sesuai,kami memasukkan campuran pendingin yang terdiri dari es,air dan garam itu kedalam gelas piala.kemudian memasukkan 25 ml P-xilena kedalamnya dan langsung memasang sumbat diatas tabung reaksi.jika ingin hasil yang didapatkan nanti adalah benar maka permukaan p-xilena tadi harus benar-benar tepat berada dibawah permukaan cairan pendinginan didalam gelas piala.kami menghitung suhu setiap 15 detik sekali,hingga suhu menunjukkan pada angka 120 setelah itu dimasukkan kedalam gelas piala.pengukuran di lakukan jika suhu telah mencapai 180C.

Penetapan suhu yang kami dapatkan setelah membaca suhu pada alat pengukur suhu(thermometer) berdasarkan perubahan waktu yaitu dapat kami sajikan seperti di bawah ini:
1.         Setelah 15 sekon suhu yang kami dapat adalah  5 oC
2.         Setelah 30 sekon suhu yang kami dapat adalah  2 oC
3.         Setelah 45 sekon suhu yang kami dapat adalah  2 oC
4.         Setelah 60 sekon suhu yang kami dapat adalah  1 oC
5.         Setelah 75 sekon suhu yang kami dapat adalah  0 oC
6.         Setelah 90 sekon suhu yang kami dapat adalah  -3 oC
7.         Setelah 105 sekon suhu yang kami dapat adalah -3oC
8.         Setelah 120 sekon suhu yang kami dapat adalah -30 C



Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat  bahwa setelah thermometer suhu menunjukkan suhu 18 0C p-xilena dengan cepat suhunya turun. Seperti yang telah di gambarkan pada grafik pada 15 detik pertama suhunya mencapai 5 0C.  dan kemudian suhunya turun hingga 30 detik suhunya turun hingga mencapai 2 0C dan angka itu menunjukkan suhu pembekuan air. Hingga suhu yang kami catat menggunakan thermometer suhunya mencapai -30C pada detik ke 120 .

B.     Penetapan massa molar senyawa yang tidak di ketahui

Pada percobaan yang kedua ini,percobaan yang harus dilakukan hampir sama dengan percobaan yang pertama tadi dan alat-alat yang digunakan pada percobaan yang kedua ini tidak lain juga merupakan alat-alat yang digunakan dalam percobaan awal tadi.

pada percobaan kedua ini kami mengambil sekitar 2 sampai 2,5 gram senyawa dan menimbangnya dengan ketelitian yang tinggi dengan tujuan agar hasil yang di dapatkan tepat dan tidak bertentangan dari teori.


No
Waktu(sekon)
Suhu (0C)
1
15
6
2
30
8
3
45
4
4
60
1
5
75
-2
6
90
-4

Dari table di atas kita dapat mencari masa molar dengan menggunakan rumus:
∆Tf      = 6 0C  -  (-2 0C)
                = 8 0C

    ∆Tf      = Kf x m
    ∆Tf      = Kf x
    8 0C     = 4.3  x
    Mr       = 34400 gram/mol
Perhitunganya ini, didapatkan dengan menarik garis yaitu pada suhu awal dan akhir. Yaitu 6°C hingga -2°C.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat  bahwa setelah thermometer suhu menunjukkan suhu 18 0C p-xilena dengan cepat suhunya perlahan lahan turun. Seperti yang telah di gambarkan pada grafik pada 15 detik pertama suhunya mencapai 6 0C, dan kemudian suhunya naik hingga 30 detik suhunya naik hingga mencapai 8 0C, seharusnya suhu disini mengalami penurunan namun yang terjadi adalah kenaikan suhu, ini merupakan kesalahan yang kami lakukan karena memegang tabung reaksinya dengan tangan. Kemudian suhunya turun hingga 45 detik suhunya turun hingga menjadi 4°C. Pada waktu ke 60 detik suhu yang tercatat 1oC, waktu ke 75 detik suhu yang tercatat -2oC dan pada 90 detik suhu yang tercatat -4oC.




Dalam percobaan ini kita dapat menentukan Mr senyawa yaitu dengan menambah 10 gr senyawa kedalam tabung yang berisi p-xilena yang tadinya larutan p-xilena membeku pada percobaan,harus dicairkan kembali.Setelah itu memasukkan termometer kedalam tabung reaksi.suhu dicatat setiap 15 detik,agar memperoleh hasil yang maksimal,pada saat pencatattan,larutan harus diaduk secara merata agar larutan dapat bercampur secara sempurna.
Dalam percobaan ini pengamatan kami hingga 120 detik dimana suhu konstan pada detik 75,90 dan 105 yaitu pada suhu -20.








BAB V
     KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan:

1.        Untuk menentukan titik beku cairan murni dan larutan ditentukan melalui grafik penurunan zat-zat tersebut keadaan stasioner menunjukkan titik beku yang di maksud .untuk menentukan titik beku pelarut juga bias menggunakan persamaan reaksi : ∆T=Tf pelarut –Tf larutan .

2.        Berdasarkan hubungan dengan penurunan titik beku massa molal suatu zat dapat diketahui melalui hubungan ∆Tf = M kf .massa molal akan lebih mudah diketahui apabila molalitas,volume dan diketahui : ∆Tf =
gr   x 0,01
Mr      P
3.        Tetapan titik beku cairan murni juga dapat di tentukan dengan menggunakan rumus :
∆Tf =  gr   x 0,01  x kf
Mr       P

4.       Penurunan titik didih dan kemolalan suatu larutan memenuhi hubungan sebagai berikut;
5.       Penetapan titik beku senyawa  dapat di gunakan untuk menetapkan massa molar  dari suatu senyawa.



DAFTAR PUSTAKA

Bird,Tony.1985.Kimia Fisika Untuk Universitas.Jakarta:Gramedia
Margunnah,N.2001.Kimia Dasar.Bandung:PT Grafinda Media Pratama
Oxtoby,David.1993.Kimia Modern.Jakarta:Erlangga
Petuci,Ralph.1987.Kimia Dasar.Bogor :Erlangga
S,Syukri.1999.Kimia Dasar 2. Bandung :ITB
Sukardjo.1997.Kimia Fisika.Jakarta:Rineka Cipta
Tim penyusun.2010.Penuntun Pratikum.Jambi:Unja
Tupamahu.1991.Kimia Larutan. Bandung:Citra Aditya


No comments:

Post a Comment