LAPORAN PRAKTIKUM
REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH
I.
Tujuan
dapat
memahami teknik-teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat padat dengan
rekristalisasi serta menentukan kemurnianya dengan titik leleh
II.
Landasan
teori
dapat
digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang menyusunnya. Penggolongan ini akan lebih mendasar
menggunakan jumlah dan jenis unsure semestinya. Bila hasil rotasi, pantulan
atau inverse suatu benda dapat dengan tepat disuspensi pada benda asalnya, maka
struktur itu dikatakan mengandung unsure seperti simetri tertentu sumbu rotasi,
bidang pantulan (cermin),atau titik pusat .operasi simetri ini dapat diterapkan
pada bentuk-bentuk geometris, pada siatu benda fisis atau stuktur molekul.
Tahap – Tahap rekristalisasi adalah :
1. Pelarut : melarutkan
zat pengotor pada Kristal.
2. Penyaringan :
memisahkan zat pengotor dari larutan Kristal yang murni.
3. Pemanasan : menguapkan
dan menghilangkan pelarut dari Kristal.
4. Pendinginan :
mengkristalkan kembali Kristal yang lebih murni.
Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa
– senyawa organic yang berbentuk padatan. pemanasan yang dilakukan tehadap
senyawa organic akan menyebabkan terjadinya perubahan sebagai berikut: apabila
zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada tekanan tertentu
zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini terjadi perubahan fase dari
padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada titik didihnya)
akan berubah menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan padat, pada tekanan dan temperature tertentu akan lansung berubah
menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil
reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan perlu dimurnikan terlebih dahulu.
Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat
pengotornya. (Underwood,2002:169).
Pelarut
yang paling banyak digunakan dalam proses rekristalisasi adalah pelarut cair,
karena tidak mahal, tidak reaktif dan setelah melarutkan zat padat organik bila
dilakukan penguapan akan lebih mudah memperolehnya kembali. Kriteria pelarut
yang baik:
Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan direkristalisasi,Zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas (sebagian) atau relatif tak larut dalam pelarut, pada suhu kamar atau suhu kristalisasi
Zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) dalam suhu didih pelarutnya.
Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan direkristalisasi,Zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas (sebagian) atau relatif tak larut dalam pelarut, pada suhu kamar atau suhu kristalisasi
Zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) dalam suhu didih pelarutnya.
Titik didih pelarut
tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan direkristalisasi.Cara rekristalisasi yang dilakukan
ditentukan oleh jenis pengotor yang akan dibuang atau di pisahkan
(Harizon.2003;18)
Titik leleh suatu zat
adalah temperature pada fase padat dan cair ada dalam kesetimbangan. Jika
kesetimbangan semacam ini diganggu dengan menambahkan atau menarik energy
panas, sistemakan berubah bentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat
padat. Namun temperature akan tetap pada titik leleh selama fase itu masih ada
perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses kebalikannya
disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan sama dengan titik
beku suatu cairan (Chang, 2004:391)
1.
Rekristalisasi
Rekristalisasi
adalah cara kristalisasi secara selektif suatu senyawa dari campuran zat padat,
yaitu melarutkannya dalam suatu pelarut yang cocok sekitar titik didihnya
kemudian disaring selagi panas untuk memisahkan zat padat tersuspensi/tak larut
di dalam larutan. Metoda rekristalisasi didasarkan pada prinsip bahwa senyawa
tertentu mempunyai sifat kelarutan tertentu yang berbeda dari campuran lainnya,
dalam suatu sistem pelarut tertentu.
Ada 3 tahapan
dasar rekristalisasi yaitu :
a) Melarutkan zat padat campuran dalam pelarut yang
minimal, biasanya pada titik didihnya.
b) Kristalisasi selektif dalam suatu pelarut tertentu,
dengan cara menurunkan suhu larutan secara perlahan.
c) Penyaringan
terhadap kristal murninya dipisahkan dari larutannya.
2.
Titik leleh dan cara penentuannya
Suatu zat
padat mempunyai molekul-molekul dalam bentuk kisi yang teratur, dan diikat oleh
gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila zat tersebut
dipanaskan, energi kinetik dari molekul-molekul tersebut akan naik. Hal ini
akan mengakibatkan molekul bergetar, yang akhirnya pada suatu suhu tertentu
ikatan-ikatan molekul tersebut akan terlepas, maka zat padat akan meleleh.
Titik leleh senyawa murni adalah suhu
dimana fasa padat dan fasa cair senyawa tersebut berada dalam kesetimbangan
pada tekanan 1 atm. Kalor
diperlukan untuk transisi dari bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, sampai
semua berbentuk cair. Proses pelelehan ini dalam
kesetimbangan. Untuk melewati proses ini memerlukan waktu dan sedikit perubahan
suhu. Trayek suhu leleh senyawa murni biasanya tidak lebih dari 1 derajat,
sedangkan senyawa tidak murni trayek leleh makin lebar.
Penentuan
titik leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya,
dimulai saat terjadinya pelelehan sedikit, transisi padat-cair, sampai seluruh
kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit kristal yang sudah digerus
halus yang diletakkan dalam ujung bawah gelas kapiler, lalu dipanaskan secara
merata dan perlahan di di sekitar kapiler ini (Penuntun
praktikum kimia organik,2013:7-9)
III.
Prsedur
percobaan
3.1 alat dan bahan
alat
Ø Corong
tangkai pendek 15 cm
Ø Corong
Buchner 15 cm
Ø Erlenmeyer
125 dan 200 mL
Ø Pembakar
Bunsen
Ø Labu
isap 250 mL
Ø Kaca
arloji
Ø Kertas
saring
Bahan
Ø
Asam benzoat murni
Ø
Asetanilida
Ø NaftalAlat
Thiele
Ø Karbon/arang/norit
Ø Etanol
95%
3.2 skema kerja
Penentuan Titik Leleh
digerus
dimasukkan ke tabubng
kaca kapiler
|
|
|
ditambahkan
secara bertahap
ditambahkan 5-7ml
|
ditambahkan
didihkan beberapa
saat
dituangkan larutan ke
atas corong secepat mungkin
dibiarkan
disaring Kristal
dengan corong Buchner
dicuci Kristal dengan
sedikit air dingin
|
|
|
ditambahkan
didihkan di atas
penangas air
|
ditambahkan sambil
di aduk
didihkan lagi
disaring di atas
corong kaca kertas saring lipat
didinginkan filtrat
sampai ada kristal
|
digunakan untuk
mencuci Kristal
dipindahkan
ke kertras saring lebar
di tekan sekering
mungkin
timbang hasilnya
dan tentukan titik lelehnya.
|
IV.
Hasil
dan Pembahasan
4.1
Data
pengamatan dan perhitungan
No
|
A.
penentuan titik leleh
|
|
1
|
Massa
asam benzoate
|
0,5
gram
|
2
|
Titik
leleh asam benzoate
|
122,40C
|
|
||
No
|
B.
rekristalisasi dengan pelarut air
|
|
1
|
Massa
asetinilida
|
5
gram
|
2
|
Volume
air panas
|
50
ml
|
3
|
Massa
karbon/norit
|
0,8
gram
|
4
|
Massa
kertas saring
|
1,086
gram
|
5
|
Berat
Kristal yang terbentuk
|
3,149
|
|
||
No
|
C.
rekristalisasi dalam pelarut organik
|
|
1
|
Massa
naftalen
|
5
gram
|
2
|
Volume
naftalen 95%
|
20
ml
|
3
|
Massa
norit
|
0,5
gram
|
4
|
Volume
etanol
|
2-3
ml
|
5
|
Massa
kertas saring
|
1,086
gram
|
6
|
Massa
Kristal yang terbentuk
|
4,836
gram
|
Perhitungan
Ø Adapun
berat kristal asetinilida murni yaitu :
Berat total = 4,235 g
Berat kertas saring = 1,086 g
-
Berat kristal
= 3,149 g
Kemurniaan asetilena yang dipengaruhi berat pengotor
yaitu :
Berat pengotor
= berat mula-mula – berat krital murni
= 5 g
- 3,149 g
=
1,851 gram
Kadar
kemurnian = x 100%
= x 100%
= 62,98 %
Ø Adapun
berat kristal Naftalen murni yaitu :
Berat
total = 5,922 g
Berat
kertas saring = 1,086 g
-
Berat
kristal = 4,836 g
Kemurniaan
asetilena yang dipengaruhi berat pengotor yaitu :
Berat
pengotor = berat mula-mula – berat krital
murni
= 5 g - 4,836
g
= 0,164 gram
Kadar
kemurnian = x 100%
= x 100%
= 96,72
%
4.2 pembahasan
A. Penentuan
titik leleh
Prinsip
dasar dari penentuan titik
leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya, dimulai
saat terjadinya pelelehan sedikit, transisi padat-cair, sampai seluruh kristal
mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit kristal yang sudah digerus halus
yang diletakkan dalam ujung bawah gelas kapiler, lalu dipanaskan secara merata
dan perlahan.
Asam benzoat mempunyai molekul-molekul dalam bentuk
kisi yang teratur, dan diikat oleh gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila
asam benzoat tersebut dipanaskan, energi kinetik dari molekul-molekul tersebut
akan naik. Hal ini akan mengakibatkan molekul bergetar, yang akhirnya pada
suatu suhu tertentu ikatan-ikatan molekul tersebut akan terlepas, maka Kristal
benzoat akan meleleh.Asam
benzoat memiliki
titik leleh 122,40C.
pada percobaan ini seharusnya peralatan untuk menentukan titik leleh adalah alat thiele
karena alat thiele memiki interval titik leleh 25–180°C.namun karena tidak
adanya ketersediaan peralatan sehingga praktikan menggunakan bunsen dan
termometer,tetapi praktikan juga tidak mendapatkan titik leleh asam benzoat
karena termometer hanya memiliki skala
nilai sampai 1000C sedangkan menurut literatur titik leleh asam
benzoat adalah 122,40C
B.
Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah cara kristalisasi
secara selektif suatu senyawa dari campuran zat padat, yaitu melarutkannya
dalam suatu pelarut yang cocok sekitar titik didihnya kemudian disaring selagi
panas untuk memisahkan zat padat tersuspensi/tak larut di dalam larutan.
Metoda rekristalisasi didasarkan pada
prinsip bahwa senyawa tertentu mempunyai sifat kelarutan tertentu yang berbeda
dari campuran lainnya, dalam suatu sistem pelarut tertentu.
Pada kristalisasi dari pelarut air,asetanilida
yang ditambahkan air panas akan larut kemudian disaring menggunakan kertas
saring,setelah didiamkan filtratnya,maka akan terbentuk Kristal, setelah
dikeringkan dan ditimbang maka diperoleh massa 3,14 gram.setelah dilakukan
perhitungan secara matematis maka dapat diketahui kemurniaan asetilena yang
dipengaruhi berat pengotor yaitu = 1,851
gram.dan kadar kemurniannya yaitu 62,98 %.
Sedangkan
kristalisasi dalam pelarut organic,naftalen ditambahkan etanol dan dipanaskan
kemudian ditambahkan norit lalu di saring dan diamkan kristalnya maka berat
Kristal yang terbentuk adalah 4,836 gram.setelah dilakukan perhitungan secara
matematis maka dapat diketahui kemurniaan asetilena yang dipengaruhi berat
pengotor yaitu 0,164 gram dan kadar kemurniannya adalah 96,72
% .
Pada
percobaan kristalisasi dalam pelarut organik praktikan menggunakan etanol
sebagi pelarutnya karena etanol mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Tidak
dapat melarutkan naftalen pada suhu kamar, tetapi dapat melarutkannya setelah
dipanaskan.
2) Titik
didih etanol lebih rendah yaitu kurang lebih 78ᵒC yang mempermudah pengeringan
kristal naftalen yang terbentuk, karena etanol mudah menguap.
3) Etanol
tidak bereaksi dengan naftalen karena titik didih etanol lebih rendah dari
titik didih naftalen, sehingga memudahkan naftalen terurai menjadi senyawa
lain.
Ukuran
kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung pada dua faktor penting
yaitu :
a.
laju
pembentukan inti (nukleasi), laju ini dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang
terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali
kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satu pun dari inti tersebut akan tumbuh
menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari
partikel-partikel kecil. Laju ini tergantung pada derajat lewat jenuh.
b.
laju
pertumbuhan kristal. Jika laju ini tinggi, kristal yang terbentuk besar-besar.
Laju ini tergantung juga pada derajat lewat jenuh. Namun sebaiknya kita
menciptakan kondisi-kondisi pada mana lewat jenuhnya sedang-sedang saja
sehingga terbentuk sejumlah inti yang relatif sedikit yang kemudian menjadi
kristal-kristal besar.
Jadi dapat diketahui bahwa laju
pembentukan inti pada kristalisasi dalam pelarut organic lebih tinggi di
bandingkan kristalisasi dari pelarut air karena pada kristalisasi dalam pelarut
organic banyak sekali Kristal yang
terbentuk.
V.
penutup
5.1
kesimpulan
berdasarkan hasi percobaan
dapat disimpulkan bahwa:
teknik-teknik
dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat
padat dapat dliakukan dengan rekristalisasi dimana rekristalisasi yaitu cara
kristalisasi secara selektif suatu senyawa dari campuran zat padat, yaitu
melarutkannya dalam suatu pelarut yang cocok sekitar titik didihnya kemudian
disaring selagi panas untuk memisahkan zat padat tersuspensi/tak larut di dalam
larutan
Penentuan titik leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan
trayek lelehnya, dimulai saat terjadinya pelelehan sedikit, transisi
padat-cair, sampai seluruh kristal mencair
5.2
saran
sebaiknya alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
melakukan
percobaan harus diengkapi agar praktikan lebih dapat memahami dan menguasai
praktikum tersebut
VI.
Daftar
pustaka
Chang,
Raymond. 2004. Fisika dasar.jakarta:erlangga
Horizon.2003.analisa
kuaitatif.jakarta:erlangga
Tim kimia organik.2014.penuntun
praktikum kimia organik.jambi:universitajambi
Underwood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga
Underwood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
1
Pertanyaan
1. Terangkan
prinsip dasar dari penentuan titik leleh !
Jawab:
Prinsip dasar dari penentuan
titik leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya,
dimulai saat terjadinya pelelehan sedikit, transisi padat-cair, sampai seluruh
kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit kristal yang sudah digerus
halus yang diletakkan dalam ujung bawah gelas kapiler, lalu dipanaskan secara
merata dan perlahan.
2. Terangkan
pula prinsip dasar dari rekristalisasi !
Jawab: Prinsip
rekristalisasi senyawa tertentu mempunyai sifat kelarutan tertentu yang berbeda
dari campuran lainnya, dalam suatu sistem pelarut tertentu.
3. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi proses kristalisasi dan bentuk kristal?
Jawab: Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan
tergantung pada dua faktor penting yaitu :
a. laju pembentukan inti (nukleasi), laju ini dapat
dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju
pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak
satu pun dari inti tersebut akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk
endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju ini tergantung pada
derajat lewat jenuh.
b. laju pertumbuhan kristal. Jika laju ini tinggi,
kristal yang terbentuk besar-besar. Laju ini tergantung juga pada derajat lewat
jenuh. Namun sebaiknya kita menciptakan kondisi-kondisi pada mana lewat
jenuhnya sedang-sedang saja sehingga terbentuk sejumlah inti yang relatif
sedikit yang kemudian menjadi kristal-kristal besar
No comments:
Post a Comment