Sunday 18 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK SENYAWA KARBONIL


                                                        
                                                        
                                                        SENYAWA KARBONIL

I.                   Tujuan
Mengidentifikasi senyawa karbonil dengan cara melakukan beberapa uji
II.                Landasan teori
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua  gugus yang  menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen, senyawa tersebut termasuk golongan aldehida. Oksidasi parsial dari alcohol menghasilkan aldehid (oksidasi lanjitnya menghasilkan asam karboksilat). Formaldehida, suatu gas tak berwaarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% didalam air di namakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 65˚C) dan mudah terbkar. Aseton adalah  pelarut  yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organic, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu membuatan aseton adalah  melalui dehidrasi isopropyl alcohol dengan bantuan katalis tembaga.
 Aldehid  dan keton yang dilarutkan dalam air  dapat membentuk hidrat (yang disebut gem-diol) dan mengadakan keseimbangan. Meskipun tetapan keseimbangan hidarsi untuk sebagian senyawa karbnil sangat kecil, namun kesetimbangan di antara aldehid dan keton dengan hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air dan menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan ikatan hidrogen atau protonasi pada oksigen-karbonil sehingga mengakibatkan gugus karbonil itu menjadi elektrofil yang lebih reaktif
(Tim kimia organic,2014:19)

Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton terhadap adisi nukleofilik
 (Raymond, 2009)
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril
O                                 O
║                                 ║
R-C-H                         R-C-R
suatu aldehid                suatu keton
Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen
Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi.Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil
(Fessenden dan Fessenden, 1990)
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana padanannya
(Wilbraham, 1992)
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida
(Petrucci, 1999)
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam industri wangi-wangian
Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya seperti bunga
(Riawan, 1989)
Ciri polar gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil. Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil mengadisi pada atom oksigen karbonil
(Pine, 1988)

III.             Prosedur kerja
3.1  Alat dan bahan
a.      Alat
·      Tabung reaksi
·      Pipet tetes
·      Pemanas air
·      Erlenmeyer
·      Cawan penguapan
·      Gelas ukur 25 mL
·      Gelas piala

b.      bahan
·        Formalin
·        Aseton
·        Asetaldehid
·        Benzaldehid
·        Sikloheksanon
·        Pereaksi Tollens
·        Pereaksi Fehling
·        Pereaksi Benedict
·         Formaldehid
·         Asam sulfat
·         Na-bisulfit
·         Etanol
·         Eter
·         Na-bikarbonat
·         NaOH
·         2-4 dinitrofenilhidrazin

3.2  Skema kerja
a.  
1 ml pereaksi Tollen
Uji Tollens

                             
3 – 5 tetes sampel
                              Dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi

                                                         Ditambahakan
                                                         Dipanaskan
                                                         Di amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
 


b.      Uji fehling
10 mL pereaksi Fehling
 
                                                         
                              Dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi
3 – 5 tetes sampel
 


                                                         Ditambahakan
                                                         Dipanaskan
                                                         Di amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
 



c.   
10 mL pereaksi Benedict
Uji Benedict



                              Dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi
3 – 5 tetes sampel
 


                                                         Ditambahakan
                                                         Dipanaskan
                                                         Di amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
 



d.   Uji Ammonia
1 mL sampel dan 2 mL ammonia pekat,
 


                                                          Dimasukkan ke cawan penguap
                                                          Diuapkan sampai kering dengan penangas air
Hasil pengamatan
 



e.   
5 mL pereaksi NaOH 10%,
Uji NaOH



                                                           Dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi
1 mL sampel
 
                                                        
                                                            Ditambahakan
                                                            Dipanaskan
                                                            Di amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
 



f.    Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH)
1 mL sampel
 


                                                           Dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi
3 – 5 tetes 2,4 DNPH
 
                                                        
                                                            Ditambahakan  
                                                            Di amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
 



g.   Reaksi dsengan Na-Bisulfit
10 mL Na-bisulfit jenuh
 


                                               Dimasukkan ke erlenmeyer
5 mL asetaldehid
 
                                            
                                                Ditambahakan  
                                                Di kocok kuat
Didinginkan dengan es yang dicampur garam
Disaring Kristal yang terbentuk
Etanol dan eter
 


Digunakan untuk mencuci Kristal secara bergantian
10 mL Na-bikarbonat 10%
Dibiarkan kering



Ditambahkan ke sebagian Kristal yang terbentuk
asetaldehid dengan aseton
Diamati baunya



Digunakan untuk mengulangi langkah diatas
Hasil pengamatan
 



h.  
2 mL asetaldehid murni
Polimerisasi



                                               Dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi
1 tetes asam sulfat pekat
 
                                            
                                                Ditambahakan  
3 mL air dingin
                                                Di amati perubahan suhu.

                                                Ditambahakan
                                                Dikocok
                                                Diamati
Hasil pengamatan
                                                           
IV.             Hasil dan pembahasan
4.1  Hasil
Percobaan
sampel
Hasil pengamatan
Uji fehling
Aseton
·         Tidak ada perubahan
·         Volume berkurang
·         Bau menyengat
·         Mendidih
formaldehid
·         terdapat gas dan busa
·         aroma menyengat
·         larutan berubah menjadi bening kekuningan
Uji benedict
Aseton
·         warna biru lebih pekat dari sebelumnya
·         terdapat gelembung
formaldehid
Tidak ada perubahan
Uji ammonia
Aseton
Timbul uap putih selama pemanasan
formaldehid
·         saat pemanasan timbul uap putih
·         setelah diuapkan membentuk kristal
Uji NaOH
Aseton
·         larutan berwarna kuning kecoklatan
·         reaksinya lambat
formaldehid
·         berwarna bening
·         reaksinya lebih cepat
·         timbul uap berwarna putih
Uji 2,4 DNPH
Aseton
·         mengalami perubahan warna dari kuning menjadi hijau
·         aroma seperti bau alpokat

formaldehid
Berubah warna dari kuning menjadi bening
Reaksi dengan Na-bisulfit
Aseton
Tidak diakukan
asetaldehid
·         Kristal kecil
·         Aroma buah-buahan
polimerisasi
asetaldehid
·         Tidakmengalami perubahan suhu
·         Campuarnnya berawarna putih susu
·         Setelah didiamkan terdapat gumpalan kuning

4.2  Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan senyawa karbonil yang bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa karbonil dengan melakukan bebebrapa uji yaitu uji benedict,uji fehling,uji tollens,uji ammonia,uji NaOH,uji 2,4-DNPH,reaksi dengan Na-bisulfit serta polimerisasi.
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua  gugus yang  menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen, senyawa tersebut termasuk golongan aldehida. Oksidasi parsial dari alcohol menghasilkan aldehid (oksidasi lanjitnya menghasilkan asam karboksilat).  
Pada percobaan ini,sampel yang diguanakn untuk beberapa uji berupa formaldehid danaseton.Formaldehida adalah suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% didalam air di namakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 65˚C) dan mudah terbkar. Aseton adalah  pelarut  yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organic, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu membuatan aseton adalah  melalui dehidrasi isopropyl alcohol dengan bantuan katalis tembaga.
Aldehid  dan keton yang dilarutkan dalam air  dapat membentuk hidrat (yang disebut gem-diol) dan mengadakan keseimbangan. Meskipun tetapan keseimbangan hidarsi untuk sebagian senyawa karbnil sangat kecil, namun kesetimbangan di antara aldehid dan keton dengan hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air dan menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan ikatan hidrogen atau protonasi pada oksigen-karbonil sehingga mengakibatkan gugus karbonil itu menjadi elektrofil yang lebih reaktif
A.    Uji tollens
Uji tollens tidak dilakukan karena bahan yang digunakan tidak tersedia.oleh karena itu,praktikan mencari tahu tentang hasil yang diperoleh dari uji tollens. Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.
Uji ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan sifat kemudahan oksidasi. Setelah ditambah pereaksi Tollens yang tak berwarna , diaduk dan dipanaskan didapatkan endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi pada senyawa benzaldehid dan formaldehid. Hal ini menunjukkan hasil yang positif pada uji Tollens. terhadap pereaksi Tollens Bila suatu senyawa positif terhadap reagen ini ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi.


Persamaan reaksinya:
O   O
H¾C-H+2Ag(NH3 )2+OHèH-C-O+NH4 +2Ag+ 2NH3+ + 2H2O
Formalin Tollens cermin perak
Aldehid dengan pereaksi tollens (oksidator lemah) dioksidasi menjadi asam karboksilat,yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.
R-CHO+2 Ag(NH3)2OH è 2 Ag+R-COONH4+ +3NH3+H2O
Cermin perak
A.    Uji  fehling
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+.
Pereaksi Fehling merupakan kompleks ion Cu(II) tartrat dalam larutan asam. IonCu(II) direduksi menjadi ion Cu2O (endapan berwarna merah bata). 
R-CHO   +   Cu2+ è R-COO-+  Cu2
                                        Biru                                      merah bata
       Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata
Aseton direaksikan dengan pereaksi fehling menghasilkan bau yang menyengat.meskipun telah dilakukan pamanasan untuk mempercepat terjadinya rekasi,namun tidak berhasildan .karena dilakukan pemanasan sehingga volumeya menjadi berkurang.
aseton menggunakan pereaksi ini tidak mengalami perubahan.
Hasil percobaan kami tidak sesuai dengan literatur,seharusnya pada sampel aseton yang sudah ditambahkan reagen fehling berwarna biru tua dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan biru tua. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan aseton adalah negatif dan aseton bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa aseton merupakan gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling.
Reaksi yang terjadi adalah:
Sampel lain yang digunakan yaitu formaldehid.formaldehid direaksikan menggunakan pereaksi fehling menghasilkan aroma yang menyengat,kemudian terdapat gas,menimbulkan busa serta campurannya berubah warna menjadi bening kekuningan.
Hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah bata.
Reaksi yang terjadi adalah:

B.                                                                                         Uji benedict
Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO  +  2Cu2+ +  5 OH      R-COO- +  Cu2O  +   3 H2O
Biru                                                      merah bata
Pada percobaa ini,aseton direaksikan dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru yang lebih pekat dari sebelumnya serta terdapat gelembung
Sedangkan ketika formaldehid direaksikan dengan pereaksi benedict tidak mengalami perubahan.berarti kedua senyawa tersebut tidak menghasilkan tes positif terhadap tes benedict karena tidak menghassilkan endapan merah bata
C.    Uji ammonia
Pada percobaan ini ammonia direaksikan dengan aseton menghasilkan uap putih selama proses pemanasan.hasil percobaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa aseton tidak menghasilkan uji positif terhadap ammonia karena berdasarkan literature seharusnya terdapat endapan putih yang menandakan bahwa larutan positif terhadap senyawa aldehida sementara pada hasil percobaan praktikan hanya menghasilkan uap putih.berarti benar bahwa aseton bukan senyawa aldehid.
Selanjutnya ammonia direkasikan dengan formaldehid menghasilkan uap putih dan terbentukkristal setelah penguapan.
Persamaan reaksi :
6HCHO + 4NH3             6H2O + (CH2)6N4
Amoniak adalah senyawa yang tersusun dari nitrogen dan hidrogen dengan rumus NH3. Sifat-sifat amoniak adalah :
·                     Titik beku -77,740C dan titik didih -33,50C
·                     Pada suhu dan tekanan biasa bersifat gas dan tidak berwarna, beratnya lebih ringan dan baunya merangsang
·                     Amoniak memiliki sifat basa, larutan amoniak yang pekat mengandung 28%-29% amoniak pada suhu 250C
·                     Amoniak mudah kuat dalam air, pada tekanan 1 atm dan suhu 00C kelarutannya 422,8% amoniak dalam air berbentuk ammonium hidrogsida
·                     Pada pH rendah amoniak menjadi NH4+

D.    Uji NaOH
Aseton direkaikan dengan NaOH menghasilkan warna kuning kecoklatan namun mengalami reaksi yang lambat.
Selanjutnya formaldehid direaksikan dengan NaOH menghasikan larutan berwarna bening,timbul uap putih selama proses pemanasan,reakinya lebih cepat dibandingkan dengan menggunkan sampel aseton.

E.     Uji 2,4-DNPH
Pada percobaan ini aseton direaksikan dengan 2,4-DNPH menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi berwarna hijau serta menghasilkan bau seperti buah alpokat.
Sedangkan formaldehid direaksian dengan 2,4-DNPH menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi berwarna bening.
Pada reaksi ini tujuannya adalah mengidentifikasi senyawa aldehida dan keton. Pada reaksi ini membuktikan bahwa benzaldehid dapat bereaksi dengan fenil hidrasil yang menghasilkan fenildrazonbenzena. Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrasil menebabkansenyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenil hidrason yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa benzaldehid.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Dengan mengukur titik didihnya didapat angka 130oC. Angka ini menunjukkan bahwa senyawa yang diuji adalah senyawa aldehid yaitu benzaldehid. Jika dibandingkan dengan keton benzaldehid lebih tinggi titik lelehnya dibandingkan keton. Hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat ikatan hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatan nya kuat sehingga titik lelehnya tinggi.
Semua senyawa aldehida dan keton menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya gugusaldehid dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari kuning hinggamerah. Alkohol tidak memberikan hasil positif dengan tes ini. 
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil. Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh molekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suaru keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R. Faktor sterik juga memainkan peranan dalam kereaktifan relatif aldehida dan keton
Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa lain yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi menghasilkan fenil hidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal aldehida dan keton. Reaksi yang sama dengan 2, 4-dinitro fenilhidrazin menghasilkan 2, 4-dinitro fenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi
F.     Reaksi dengan Na-bisulfit
Pada percobaan ini,aseton direaksikan dengan Na-bisulfit tidak dilakukan karena bahan yang diperlukan tidak tersedia lagi.
Berdasarkan literature yangdiperoleh,Pada umumnya keton kurang reaktif pada nukleofil, kedua gugus ini merapat sehingga keterikatan yang ditimbulkan pada adisi terhadap aldehid lebih kecil daripada keton.
Reaksi adisi dengan natrium bisulfit akan menghasilkan senyawa yang berbentuk kristal.
Pada percobaan ini bertujuan reaksi adisi aseton dengan natrium bisulfit. Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak mengandung gugus yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi bisulfit dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat di indikasi dari bereaksiya aseton dengan larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-pentanol yang berwarna putih. Selain itu reaksi-ini dapat berlangsung karena ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat non-polar. Dan nukleofil tersebut menyerang ikatan –pi sehingga ikatan-pi dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil.


  
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
                          O                                    CH3
CH3-C-CH3 + NaHSO3→CH3- C-SO3Na                          
                                       OH
Selanjutnya asetaldehid direaksikan dengan Na-bisulfit menghasilkan bau seperti aroma buah-buahan dan terdapat Kristal kecil
Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar disekelilingi atom karbon karbonil bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih. Hasil adisi ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa karbonil dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain
G.    polimerisasi
pada percobaan ini asetaldehid direaksikan dengan asam sulfat pekat.seharusnya tejadi perubahan suhu.namun karena mungkin tabung reaksi dan pipet tetes yang digunakan oleh praktikan tidak bersih dan masih terkontaminasi dengan zat lain sehingga tidak mengalami perubahan suhu,selanjutnya pada campuran tersebut ditambahakn air menghasilkan campuran yang berawrana putih susu dan setelah didiamkan menghasilkan gumpalan kecil yang tidak larut pada dasar tabung.

V.                Penutup
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Mengidentifikasi senyawa karbonil dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Ø  uji fehling :Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata
Ø  uji benedict:Tes Benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata
Ø  uji ammonia
Ø  uji 2,4-DNPH:Warna endapan terbentuk bervariasi mulai dari kuning hingga merah
Ø  reaksi dengan Na-bisulfit: Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar disekelilingi atom karbon karbonil bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih
Ø  polimerisasi : pada hasil percobaan terdapat bagian yang tidak larut membentuk gumpalan bulat
5.2  saran
dalam praktikum kali ini,praktikan melakukan 2 judul percobaan sekaligus dalam satu hari,sehingga praktikan merasa terburu-buru dan tidak nyaman dalam menguasai materi yang di praktikum kan.seharusnya dalam 1 hari hanya 1 judul yang dipraktikum kan agar praktikan lebih bisa menguasai materi tersebut dan lebih siap

VI.             Daftar pustaka
Fessenden, Ralph.j. and Joan S. Fessenden. (1990). Dasar- dasar Kimia Organik . Jakarta:Binarupa aksara
Petrucci, Ralph H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Pine, Staenly. H. (1988). Kimia Organik I Bandung:ITB
Riawan, S. 1989. Kimia Organik. Jakarta :Binarupa aksara
Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.
Tim kimia organic.2014.penuntun praktikum kimia organic.jambi:universitas jambi
Chang, Raymond. 2009. Fisika dasar.jakarta:erlangga