SENYAWA KARBONIL
I.
Tujuan
Mengidentifikasi
senyawa karbonil dengan cara melakukan beberapa uji
II.
Landasan
teori
Aldehid dan keton
mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua
gugus yang menempel pada gugus
karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika
salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen, senyawa tersebut termasuk
golongan aldehida. Oksidasi parsial dari alcohol menghasilkan aldehid (oksidasi
lanjitnya menghasilkan asam karboksilat). Formaldehida, suatu gas tak
berwaarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% didalam air di namakan formalin,
yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Aseton adalah keton yang
paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 65˚C) dan mudah
terbkar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa
organic, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu
membuatan aseton adalah melalui
dehidrasi isopropyl alcohol dengan bantuan katalis tembaga.
Aldehid
dan keton yang dilarutkan dalam air
dapat membentuk hidrat (yang disebut gem-diol) dan mengadakan
keseimbangan. Meskipun tetapan keseimbangan hidarsi untuk sebagian senyawa
karbnil sangat kecil, namun kesetimbangan di antara aldehid dan keton dengan
hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan
oleh asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan
deprotonasi dari air dan menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih
nukleofilik. Katalis asam melibatkan ikatan hidrogen atau protonasi pada
oksigen-karbonil sehingga mengakibatkan gugus karbonil itu menjadi elektrofil
yang lebih reaktif
(Tim kimia
organic,2014:19)
Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara
lain senyawa aldehid mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah
atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang
mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan keton
agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton
terhadap adisi nukleofilik
(Raymond, 2009)
Aldehid dan
keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C =
O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R
adalah alkyl atau aril
O O
║ ║
R-C-H R-C-R
suatu
aldehid suatu
keton
Banyak
aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau
merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen
utama minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau
jintan dan tumbuhan permen
Sifat fisis
dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2 yang
dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan
pi.Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang
ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan
elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam
ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus
karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural
ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri,
mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil
(Fessenden
dan Fessenden, 1990)
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus
hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol
padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara
polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana
padanannya
(Wilbraham, 1992)
Formaldehida,
suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan
formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida
juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang
disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida
(Petrucci,
1999)
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota
deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat
larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku
dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang
mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam
industri wangi-wangian
Aldehid dan
keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut
organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid
yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan
menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya
seperti bunga
(Riawan,
1989)
Ciri polar
gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil.
Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah
ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil
mengadisi pada atom oksigen karbonil
(Pine, 1988)
III.
Prosedur
kerja
3.1 Alat dan bahan
a. Alat
·
Tabung reaksi
·
Pipet tetes
·
Pemanas air
·
Erlenmeyer
·
Cawan penguapan
·
Gelas ukur 25 mL
·
Gelas piala
b. bahan
·
Formalin
·
Aseton
·
Asetaldehid
·
Benzaldehid
·
Sikloheksanon
·
Pereaksi Tollens
·
Pereaksi Fehling
·
Pereaksi Benedict
|
·
Formaldehid
·
Asam sulfat
·
Na-bisulfit
·
Etanol
·
Eter
·
Na-bikarbonat
·
NaOH
·
2-4 dinitrofenilhidrazin
|
3.2 Skema kerja
a.
1 ml pereaksi Tollen
|
3 – 5 tetes sampel
|
Ditambahakan
Dipanaskan
Di
amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
|
b.
Uji fehling
10 mL pereaksi Fehling
|
Dimasukkan ke masing-masing tabung
reaksi
3 – 5 tetes sampel
|
Ditambahakan
Dipanaskan
Di
amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
|
c.
10 mL pereaksi Benedict
|
Dimasukkan ke masing-masing tabung
reaksi
3 – 5 tetes sampel
|
Ditambahakan
Dipanaskan
Di
amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
|
d. Uji Ammonia
1 mL sampel dan 2 mL ammonia pekat,
|
Dimasukkan
ke cawan penguap
Diuapkan
sampai kering dengan penangas air
Hasil pengamatan
|
e.
5 mL pereaksi NaOH 10%,
|
Dimasukkan
ke masing-masing tabung reaksi
1 mL sampel
|
Ditambahakan
Dipanaskan
Di
amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
|
f. Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH)
1 mL sampel
|
Dimasukkan
ke masing-masing tabung reaksi
3 – 5 tetes 2,4 DNPH
|
Ditambahakan
Di
amati perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan
|
g. Reaksi dsengan Na-Bisulfit
10 mL Na-bisulfit jenuh
|
Dimasukkan ke erlenmeyer
5 mL asetaldehid
|
Ditambahakan
Di
kocok kuat
Didinginkan dengan es yang dicampur garam
Disaring Kristal yang terbentuk
Etanol dan eter
|
Digunakan untuk mencuci Kristal secara bergantian
10 mL Na-bikarbonat 10%
|
Ditambahkan ke sebagian Kristal yang terbentuk
asetaldehid dengan aseton
|
Digunakan untuk mengulangi langkah diatas
Hasil pengamatan
|
h.
2 mL asetaldehid murni
|
Dimasukkan ke masing-masing
tabung reaksi
1 tetes asam sulfat pekat
|
Ditambahakan
3 mL air dingin
|
Ditambahakan
Dikocok
Diamati
Hasil pengamatan
|
IV.
Hasil dan
pembahasan
4.1
Hasil
Percobaan
|
sampel
|
Hasil pengamatan
|
Uji fehling
|
Aseton
|
·
Tidak ada perubahan
·
Volume berkurang
·
Bau menyengat
·
Mendidih
|
formaldehid
|
·
terdapat gas dan busa
·
aroma menyengat
·
larutan berubah menjadi bening kekuningan
|
|
Uji benedict
|
Aseton
|
·
warna biru lebih pekat dari sebelumnya
·
terdapat gelembung
|
formaldehid
|
Tidak ada
perubahan
|
|
Uji ammonia
|
Aseton
|
Timbul uap
putih selama pemanasan
|
formaldehid
|
·
saat pemanasan timbul uap putih
·
setelah diuapkan membentuk kristal
|
|
Uji NaOH
|
Aseton
|
·
larutan berwarna kuning kecoklatan
·
reaksinya lambat
|
formaldehid
|
·
berwarna bening
·
reaksinya lebih cepat
·
timbul uap berwarna putih
|
|
Uji 2,4 DNPH
|
Aseton
|
·
mengalami perubahan warna dari kuning menjadi
hijau
·
aroma seperti bau alpokat
|
formaldehid
|
Berubah warna
dari kuning menjadi bening
|
|
Reaksi dengan
Na-bisulfit
|
Aseton
|
Tidak diakukan
|
asetaldehid
|
·
Kristal kecil
·
Aroma buah-buahan
|
|
polimerisasi
|
asetaldehid
|
·
Tidakmengalami perubahan suhu
·
Campuarnnya berawarna putih susu
·
Setelah didiamkan terdapat gumpalan kuning
|
4.2
Pembahasan
Pada praktikum ini
dilakukan percobaan senyawa karbonil yang bertujuan untuk mengidentifikasi
senyawa karbonil dengan melakukan bebebrapa uji yaitu uji benedict,uji
fehling,uji tollens,uji ammonia,uji NaOH,uji 2,4-DNPH,reaksi dengan Na-bisulfit
serta polimerisasi.
Aldehid dan keton
mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua
gugus yang menempel pada gugus
karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika
salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen, senyawa tersebut termasuk
golongan aldehida. Oksidasi parsial dari alcohol menghasilkan aldehid (oksidasi
lanjitnya menghasilkan asam karboksilat).
Pada percobaan
ini,sampel yang diguanakn untuk beberapa uji berupa formaldehid
danaseton.Formaldehida adalah suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air.
Larutan 40% didalam air di namakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan
cairan dan jaringan. Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan
cairan volatil (titik didih 65˚C) dan mudah terbkar. Aseton adalah pelarut
yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organic, banyak digunakan
sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu membuatan aseton
adalah melalui dehidrasi isopropyl
alcohol dengan bantuan katalis tembaga.
Aldehid dan keton yang dilarutkan dalam air dapat membentuk hidrat (yang disebut
gem-diol) dan mengadakan keseimbangan. Meskipun tetapan keseimbangan hidarsi
untuk sebagian senyawa karbnil sangat kecil, namun kesetimbangan di antara
aldehid dan keton dengan hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid
atau keton dikataliskan oleh asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini
berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air dan menghasilkan ion hidroksida
yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan ikatan hidrogen atau
protonasi pada oksigen-karbonil sehingga mengakibatkan gugus karbonil itu
menjadi elektrofil yang lebih reaktif
A.
Uji tollens
Uji
tollens tidak dilakukan karena bahan yang digunakan tidak tersedia.oleh karena
itu,praktikan mencari tahu tentang hasil yang diperoleh dari uji tollens. Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu
AgNO3 dimana akan
terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion
karboksilat, ion Ag+ dalam
reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.
Uji ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan
keton berdasarkan sifat kemudahan oksidasi. Setelah ditambah pereaksi Tollens
yang tak berwarna , diaduk dan dipanaskan didapatkan endapan cermin perak pada
dinding tabung reaksi pada senyawa benzaldehid dan formaldehid. Hal ini
menunjukkan hasil yang positif pada uji Tollens. terhadap pereaksi Tollens Bila
suatu senyawa positif terhadap reagen ini ditandai dengan terbentuknya endapan
cermin perak pada dinding tabung reaksi.
Persamaan reaksinya:
O O
H¾C-H+2Ag(NH3 )2+OHèH-C-O+NH4 +2Ag+ 2NH3+ + 2H2O
Formalin Tollens
cermin perak
Aldehid dengan pereaksi tollens (oksidator lemah) dioksidasi
menjadi asam karboksilat,yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin
perak.
R-CHO+2
Ag(NH3)2OH è 2 Ag+R-COONH4+ +3NH3+H2O
Cermin
perak
A.
Uji fehling
Prinsip dari uji fehling
ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan
menambahkan reagen Fehling. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan
oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+
akan tereduksi menjadi Cu+.
Pereaksi Fehling
merupakan kompleks ion Cu(II) tartrat dalam larutan asam. IonCu(II) direduksi
menjadi ion Cu2O (endapan berwarna merah
bata).
R-CHO + Cu2+ è
R-COO-+ Cu2O
Biru
merah bata
Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan
merah bata
Aseton
direaksikan dengan pereaksi fehling menghasilkan bau yang menyengat.meskipun
telah dilakukan pamanasan untuk mempercepat terjadinya rekasi,namun tidak
berhasildan .karena dilakukan pemanasan sehingga volumeya menjadi berkurang.
aseton menggunakan pereaksi ini
tidak mengalami perubahan.
Hasil percobaan kami
tidak sesuai dengan literatur,seharusnya pada sampel aseton yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru tua dan setelah dipanaskan kurang
lebih 2 menit terbentuk endapan biru tua. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling
dan aseton adalah negatif dan aseton bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur bahwa aseton merupakan gugus keton dan tidak memiliki
gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling.
Reaksi yang terjadi
adalah:
Sampel lain yang digunakan
yaitu formaldehid.formaldehid direaksikan menggunakan pereaksi fehling
menghasilkan aroma yang menyengat,kemudian terdapat gas,menimbulkan busa serta
campurannya berubah warna menjadi bening kekuningan.
Hasil percobaan yang
diperoleh tidak sesuai dengan literatur bahwa formaldehid merupakan gugus
aldehid, memiliki gugus OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk
endapan merah bata.
Reaksi yang terjadi
adalah:
B.
Uji benedict
Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan
pereaksi benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II)
direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan
keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO +
2Cu2+ + 5 OH
R-COO- + Cu2O + 3 H2O
Biru
merah bata
Pada percobaa ini,aseton
direaksikan dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru yang lebih pekat
dari sebelumnya serta terdapat gelembung
Sedangkan ketika formaldehid
direaksikan dengan pereaksi benedict tidak mengalami perubahan.berarti kedua senyawa tersebut tidak
menghasilkan tes positif terhadap tes benedict karena tidak menghassilkan
endapan merah bata
C.
Uji ammonia
Pada percobaan ini ammonia
direaksikan dengan aseton menghasilkan uap putih selama proses pemanasan.hasil
percobaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa aseton tidak menghasilkan uji
positif terhadap ammonia karena berdasarkan literature seharusnya terdapat
endapan putih yang menandakan bahwa larutan positif terhadap senyawa aldehida
sementara pada hasil percobaan praktikan hanya menghasilkan uap putih.berarti benar
bahwa aseton bukan senyawa aldehid.
Selanjutnya ammonia direkasikan
dengan formaldehid menghasilkan uap putih dan terbentukkristal setelah
penguapan.
Persamaan reaksi :
6HCHO + 4NH3 6H2O + (CH2)6N4
Amoniak adalah senyawa yang
tersusun dari nitrogen dan hidrogen dengan rumus NH3. Sifat-sifat
amoniak adalah :
·
Titik
beku -77,740C dan titik didih -33,50C
·
Pada
suhu dan tekanan biasa bersifat gas dan tidak berwarna, beratnya lebih ringan
dan baunya merangsang
·
Amoniak
memiliki sifat basa, larutan amoniak yang pekat mengandung 28%-29% amoniak pada
suhu 250C
·
Amoniak
mudah kuat dalam air, pada tekanan 1 atm dan suhu 00C kelarutannya
422,8% amoniak dalam air berbentuk ammonium hidrogsida
·
Pada pH rendah amoniak menjadi NH4+
D.
Uji NaOH
Aseton direkaikan dengan NaOH
menghasilkan warna kuning kecoklatan namun mengalami reaksi yang lambat.
Selanjutnya formaldehid direaksikan
dengan NaOH menghasikan larutan berwarna bening,timbul uap putih selama proses
pemanasan,reakinya lebih cepat dibandingkan dengan menggunkan sampel aseton.
E.
Uji 2,4-DNPH
Pada percobaan ini aseton
direaksikan dengan 2,4-DNPH menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi
berwarna hijau serta menghasilkan bau seperti buah alpokat.
Sedangkan formaldehid direaksian
dengan 2,4-DNPH menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi berwarna
bening.
Pada reaksi ini tujuannya adalah mengidentifikasi
senyawa aldehida dan keton. Pada reaksi ini membuktikan bahwa benzaldehid dapat
bereaksi dengan fenil hidrasil yang menghasilkan fenildrazonbenzena. Hal
tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrasil
menebabkansenyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenil hidrason yang mula-mula
membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Dimana
hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa benzaldehid.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Dengan mengukur titik didihnya didapat angka 130oC.
Angka ini menunjukkan bahwa senyawa yang diuji adalah senyawa aldehid yaitu
benzaldehid. Jika dibandingkan dengan keton benzaldehid lebih tinggi titik
lelehnya dibandingkan keton. Hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat ikatan
hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatan nya kuat sehingga titik
lelehnya tinggi.
Semua senyawa aldehida
dan keton menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin.
Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya gugusaldehid dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari
kuning hinggamerah. Alkohol tidak memberikan hasil positif dengan tes
ini.
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada
ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil. Reaktivitas
relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh
banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan
makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh molekul,
maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil
distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron.
Suaru keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya
memiliki satu gugus R. Faktor sterik juga memainkan peranan dalam kereaktifan
relatif aldehida dan keton
Pasangan elektron bebas pada atom
nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa lain yang sejenis menyebabkan
senyawa-senyawa ini boleh bereaksi menghasilkan fenil hidrazon setelah hasil
reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu mol air. Hasil ini sering kali
berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk
mengenal aldehida dan keton. Reaksi yang sama dengan 2, 4-dinitro fenilhidrazin
menghasilkan 2, 4-dinitro fenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh
yang lebih tinggi
F.
Reaksi
dengan Na-bisulfit
Pada percobaan ini,aseton
direaksikan dengan Na-bisulfit tidak dilakukan karena bahan yang diperlukan
tidak tersedia lagi.
Berdasarkan literature yangdiperoleh,Pada umumnya keton
kurang reaktif pada nukleofil, kedua gugus ini merapat sehingga keterikatan
yang ditimbulkan pada adisi terhadap aldehid lebih kecil daripada keton.
Reaksi adisi dengan natrium bisulfit akan menghasilkan
senyawa yang berbentuk kristal.
Pada percobaan ini bertujuan reaksi adisi aseton dengan natrium bisulfit.
Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak mengandung
gugus yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi
bisulfit dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat di indikasi dari bereaksiya
aseton dengan larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-pentanol
yang berwarna putih. Selain itu reaksi-ini dapat berlangsung karena
ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat non-polar. Dan
nukleofil tersebut menyerang ikatan –pi sehingga ikatan-pi dapat terputus dan
terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
O CH3
│
CH3-C-CH3 + NaHSO3→CH3-
C-SO3Na
│
OH
Selanjutnya asetaldehid direaksikan
dengan Na-bisulfit menghasilkan bau seperti aroma buah-buahan dan terdapat
Kristal kecil
Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar
disekelilingi atom karbon karbonil bereaksi dengan larutan pekat natrium
bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih. Hasil adisi
ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa karbonil dari
campurannya dengan senyawa-senyawa lain
G.
polimerisasi
pada percobaan ini asetaldehid
direaksikan dengan asam sulfat pekat.seharusnya tejadi perubahan suhu.namun
karena mungkin tabung reaksi dan pipet tetes yang digunakan oleh praktikan
tidak bersih dan masih terkontaminasi dengan zat lain sehingga tidak mengalami
perubahan suhu,selanjutnya pada campuran tersebut ditambahakn air menghasilkan
campuran yang berawrana putih susu dan setelah didiamkan menghasilkan gumpalan
kecil yang tidak larut pada dasar tabung.
V.
Penutup
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Mengidentifikasi
senyawa karbonil dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Ø uji
fehling :Hasil uji positif
apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata
Ø uji
benedict:Tes Benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah
bata
Ø uji
ammonia
Ø uji
2,4-DNPH:Warna endapan terbentuk bervariasi mulai dari kuning hingga merah
Ø reaksi
dengan Na-bisulfit: Aldehid
dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar disekelilingi atom
karbon karbonil bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan
adisi yang berwujud hablur berwarna putih
Ø polimerisasi
: pada hasil percobaan terdapat bagian yang tidak larut membentuk gumpalan
bulat
5.2
saran
dalam
praktikum kali ini,praktikan melakukan 2 judul percobaan sekaligus dalam satu hari,sehingga
praktikan merasa terburu-buru dan tidak nyaman dalam menguasai materi yang di
praktikum kan.seharusnya dalam 1 hari hanya 1 judul yang dipraktikum kan agar
praktikan lebih bisa menguasai materi tersebut dan lebih siap
VI.
Daftar
pustaka
Fessenden,
Ralph.j. and Joan S. Fessenden. (1990). Dasar- dasar Kimia Organik . Jakarta:Binarupa
aksara
Petrucci,
Ralph H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta :
Erlangga
Pine,
Staenly. H. (1988). Kimia Organik I Bandung:ITB
Riawan, S. 1989. Kimia Organik. Jakarta
:Binarupa aksara
Wilbraham,
A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.
Tim
kimia organic.2014.penuntun praktikum
kimia organic.jambi:universitas jambi
Chang, Raymond. 2009. Fisika
dasar.jakarta:erlangga